Soe Hok Gie dan Mimpi Buruk Pembantaian Bali
loading...
A
A
A
Ben Mboi dalam bukunyaMemoar Seorang Dokter, Prajurit, Pamong Praja ikut menjadi saksi peristiwa itu. "Saya menyaksikan bagaimana massa di Bali membunuh Poeger…” ungkapnya.
Menurut Mboi, dirinya sempat merasa aneh, bagaimana masyarakat Bali yang terkenal peramah, ternyata bisa berubah menjadi beringas dan sangat kejam. Dalam waktu yang lain, Mboi juga menyaksikan ada orang yang begitu saja dianggap komunis disiksa sampai mati bahkan ada yang dibakar hidup-hidup.
Kembali ke bukunya Gie. Dia menyebut pembantaian ini telah menelan korban sekurang-kurangnya 80 ribu jiwa tua, muda, laki, perempuan, menurut perkiraan paling konservatif.
Anak Agung, misalnya. Kepala Jawatan Penerangan Bali ini diculik dan dihabisi padahal biang keladinya ialah wakilnya yang ingin menduduki tempatnya.
Kemudian Lie Lie Tjien, seorang pengusaha kaya raya di Bali Utara yang terang-terangan menjadi kasir PKI di Bali justru selamat. Dia dapat merangkul Widjana yang menjadi tokoh di daerah.
Sedangkan saingan-saingan Lie Lie Tjien di dalam dunia usaha, misalnya Tjan Wie menjadi korban. Kopi milik Tjan Wie yang jumlahnya ratusan ton berserakan memenuhi jalanan Singaraja
Perkosaan terhadap mereka yang dituduh Gerwani menjalar kemana-mana dan dicontohi pemuka partai setempat. Contoh paling monumental adalah apa yang dilakukan Widagda, tokoh PNI di Negara, Jembrana. Widagda adalah adik dari Wedastra Suyasa, tokoh PNI Bali yang menjadi anggota DPR-GR pusat.
Menurut Gie, pembunuhan yang terjadi di Bali bukanlah sportarifett tetapi peristiwa yang dibiarkan berlarut-larut. Andaikan pemerintah atau pejabat pada waktu itu dengan jiwa yang murni dan dengan kesungguhan hati menyetopnya, hal yang demikian tidak akan terjadi. Pejabat-pejabat sama sekali tidak berbuat apa-apa dan pada beberapa tempat malah menganjurkan pembunuhan-pembunuhan ini.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Menurut Mboi, dirinya sempat merasa aneh, bagaimana masyarakat Bali yang terkenal peramah, ternyata bisa berubah menjadi beringas dan sangat kejam. Dalam waktu yang lain, Mboi juga menyaksikan ada orang yang begitu saja dianggap komunis disiksa sampai mati bahkan ada yang dibakar hidup-hidup.
Kembali ke bukunya Gie. Dia menyebut pembantaian ini telah menelan korban sekurang-kurangnya 80 ribu jiwa tua, muda, laki, perempuan, menurut perkiraan paling konservatif.
Anak Agung, misalnya. Kepala Jawatan Penerangan Bali ini diculik dan dihabisi padahal biang keladinya ialah wakilnya yang ingin menduduki tempatnya.
Kemudian Lie Lie Tjien, seorang pengusaha kaya raya di Bali Utara yang terang-terangan menjadi kasir PKI di Bali justru selamat. Dia dapat merangkul Widjana yang menjadi tokoh di daerah.
Sedangkan saingan-saingan Lie Lie Tjien di dalam dunia usaha, misalnya Tjan Wie menjadi korban. Kopi milik Tjan Wie yang jumlahnya ratusan ton berserakan memenuhi jalanan Singaraja
Perkosaan terhadap mereka yang dituduh Gerwani menjalar kemana-mana dan dicontohi pemuka partai setempat. Contoh paling monumental adalah apa yang dilakukan Widagda, tokoh PNI di Negara, Jembrana. Widagda adalah adik dari Wedastra Suyasa, tokoh PNI Bali yang menjadi anggota DPR-GR pusat.
Menurut Gie, pembunuhan yang terjadi di Bali bukanlah sportarifett tetapi peristiwa yang dibiarkan berlarut-larut. Andaikan pemerintah atau pejabat pada waktu itu dengan jiwa yang murni dan dengan kesungguhan hati menyetopnya, hal yang demikian tidak akan terjadi. Pejabat-pejabat sama sekali tidak berbuat apa-apa dan pada beberapa tempat malah menganjurkan pembunuhan-pembunuhan ini.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(shf)