Terjadi Antrean Panjang Pemakaman Jenazah COVID-19, Petugas Meminta Pemahaman Warga
loading...
A
A
A
BANDUNG - Angka meninggal akibat COVID-19 yang harus dimakamkan di TPU Cikadut, Jawa Barat, sangat tinggi. Dalam sehari ada 30-40 jenazah yang harus dimakamkan dengan protokol kesehatan COVID-19 . Kondisi ini membuat pemakaman jenazah COVID-19 harus mengantre.
Salah seorang petugas TPU Cikadut, Asep Supriadi meminta, para ahli waris bisa memahami kondisi dan situasi di TPU Cikadut. Proses pemakaman jenazah COVID-19 memerlukan waktu cukup lama, apalagi dengan jumlah yang cukup banyak.
Menurut dia, tak jarang juga ada ahli waris jenazah yang buru-buru ingin melangsungkan proses pemakaman . Namun, dia kerap membawa ahli waris ke lokasi pemakaman agar bisa melihat langsung kondisi di lapangan.
"Paling saya memberikan mereka jeda waktu, sebelum jenazah ke sini sebaiknya tahan di rumah sakit. Kalau ada yang datang dan ingin buru-buru, saya ajak ke lokasi biar dia langsung tahu seperti apa di lapangan. Akhirnya paham," katanya.
Sebelumnya, dia mengaku bersyukur mendapat bantuan APD dan perlengkapan lainnya. "Seneng lah. Alhamdulillah ada Pak Yana ke sini. Terima kasih juga ada APD dan sembako. Lumayan buat anak istri di rumah," kata Asep.
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengakui, para petugas cukup kewalahan dengan banyaknya angka kematian COVID-19 di Bandung. Karena biasanya menyiapkan 10 liang lahat/hari, kini jumlahnya naik hingga 3-4 kali lipat. "Karena kalau manual bisa 2-3 jam/satu lubang. Sementara per hari bisa 30-40 makam. Bisa dibayangkan tingkat kelelahannya," kata Yana.
Salah seorang petugas TPU Cikadut, Asep Supriadi meminta, para ahli waris bisa memahami kondisi dan situasi di TPU Cikadut. Proses pemakaman jenazah COVID-19 memerlukan waktu cukup lama, apalagi dengan jumlah yang cukup banyak.
Menurut dia, tak jarang juga ada ahli waris jenazah yang buru-buru ingin melangsungkan proses pemakaman . Namun, dia kerap membawa ahli waris ke lokasi pemakaman agar bisa melihat langsung kondisi di lapangan.
"Paling saya memberikan mereka jeda waktu, sebelum jenazah ke sini sebaiknya tahan di rumah sakit. Kalau ada yang datang dan ingin buru-buru, saya ajak ke lokasi biar dia langsung tahu seperti apa di lapangan. Akhirnya paham," katanya.
Sebelumnya, dia mengaku bersyukur mendapat bantuan APD dan perlengkapan lainnya. "Seneng lah. Alhamdulillah ada Pak Yana ke sini. Terima kasih juga ada APD dan sembako. Lumayan buat anak istri di rumah," kata Asep.
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengakui, para petugas cukup kewalahan dengan banyaknya angka kematian COVID-19 di Bandung. Karena biasanya menyiapkan 10 liang lahat/hari, kini jumlahnya naik hingga 3-4 kali lipat. "Karena kalau manual bisa 2-3 jam/satu lubang. Sementara per hari bisa 30-40 makam. Bisa dibayangkan tingkat kelelahannya," kata Yana.
(eyt)