Tumpes Kelor, Cara Keji Belanda Menghabisi Keturunan Untung Surapati di Jawa Timur

Senin, 21 Juni 2021 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Melaui surat Bupati Banger (Sekarang Probolinggo) Puspakusuma yang kemudian dikirimkan ke Kartanagara, Gubernur Belanda di Semarang, menyatakan bersedia melupakan masa lalu dan memberi ampunan atas seluruh pelanggaran yang pernah dilakukan kakek Kartanagara (Surapati).



Dengan janji akan diperlakukan dengan baik, Kartanagara juga diminta datang ke benteng Belanda di Pasuruan. Melalui selembar surat balasan Kartanagara menjawab, "Aku telah menerima suratmu dan memahami isinya, di mana engkau menasihatiku untuk tunduk pada Kompeni, (dan) jawabanku adalah aku tidak bisa melakukannya karena Allah tidak menghendaki hal itu".

Belanda naik pitam. Surat kembali dikirim yang isinya ultimatum . Jika Kartanagara tidak segera datang ke Pasuruan, maka Lumajang, akan diserang. Bukannya gentar. Kartanagara justru membalas dengan kalimat lebih tajam. "Selama kerisnya masih runcing, ia (Kartanagara) berjanji akan memerangi Kompeni jika mereka masuk ke wilayahnya," tulis Sri Margana dalam bukunya.

Bupati Lumajang, Kartanagara menyiapkan perang. Barikade dan jebakan didirikan di sepanjang jalan menuju Lumajang. Para prajurit Lumajang juga diperintahkannya berpatroli di wilayah perbatasan Lumajang-Banger. Bahkan para prajurit Lumajang, menyerang pos terdepan VOC di Adiraga. Seketika itu juga Gubernur Belanda di Semarang, mengeluarkan instruksi menangkap Bupati Lumajang, Kartanagara hidup atau mati.



Operasi militer besar-besaran disiapkan. Gezaghebber Surabaya, atau pucuk pimpinan VOC di Surabaya, memerintahkan Kapten Blanke, komandan Belanda di Blambangan untuk mengirim lebih banyak pasukan yang terdiri dari prajurit Eropa dan orang Madura.

Khawatir dengan nasib saudaranya, Bupati Malang, Malayakusuma meminta Kartanagara mengungsi ke Malang. Patih Porong Natayuda, Kartayuda dari Panayungan dan orang Bali Wayan Kutang juga mengungsi ke Malang. Semuanya para pengikut Bupati Lumajang Kartanagara .

Akhir Juni 1776. Belanda berhasil menduduki Lumajang , tanpa perlawanan berarti. Sebuah pos militer langsung didirikan. Sebanyak dua belas orang prajurit Eropa dan seratus pasukan dari Banger (Probolinggo) disiagakan untuk menjaga Lumajang.

Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3509 seconds (0.1#10.140)