Cerita Kusni Kasdut, Perampok Legendaris yang Pernah Terlibat Pertempuran 10 November Surabaya

Senin, 14 Juni 2021 - 05:00 WIB
loading...
A A A
"Namun, dia tidak berhenti di sana. Dia memutuskan untuk membalas dendam kepada negara yang 'menghianati' dirinya dan memilih tempat 'berseberangan'," tulis Daniel Dhakiade. Faktanya, selembar surat pernyataan bekas pejuang itu, tidak banyak membantu.

Surat tersebut tidak berguna saat Kusni Kasdut mondar-mandir mencari lowongan kerja. Malang, Surabaya, dan Jakarta, ia datangi untuk mendapat pekerjaan yang pantas. Termasuk orang orang yang dikenalnya di masa revolusi fisik ia temui. Semua tidak memberikan kesempatan untuknya.

Di sisi lain Kusni melihat negara yang kemerdekaanya pernah ia perjuangkan dikuasai orang orang yang tidak ia kenal. Orang-orang kaya. Para politisi yang keluar masuk hotel mewah. Sementara di jalan-jalan pemandangan kemiskinan rakyat semakin terlihat jelas.



Kusni memutuskan mengambil tempat yang "berseberangan" dengan negara. Ia butuh hidup dan menghidupi keluarganya. Di kelompoknya Kusni memakai nama Kasdut. Usai merampok Museum Gajah dengan menggasak perhiasan kuno, Kusni Kasdut ditangkap di Semarang.

Sebelumnya di Surabaya, ia menculik seorang dokter Tionghoa kaya dengan meminta uang tebusan. Saat diinterogasi di kantor polisi Semarang, Kusni mencoba kabur. Dalam baku tembak, salah seorang polisi tewas tertembus pelurunya. Ia tertangkap dan dipenjara. Namun berhasil meloloskan diri dengan merusak tembok penjara.

Dengan kelompoknya beraksi lagi. Di dalam roda empat. Saat hendak menculik seorang pengusaha miliader keturunan Arab di Jakarta, sang korban yang melawan tanpa sengaja tertembak dan mati. Kusni yang bersembunyi di sebuah rumah kontrakan di Yogyakarta, diringkus di depan istri dan anaknya.



Setelah itu petualangannya kabur dari penjara ke penjara. Penjara Semarang, Kalisosok Surabaya, dan Cipinang, Jakarta, semuanya pernah ia tembus. Untuk membersihkan namanya, Kusni sempat menyusup ke kapal laut yang hendak berlayar dari Tanjung Perak Surabaya, ke Manado.

Ia bermaksud bergabung menjadi sukarelawan perang melawan pemberontak PRRI Permesta. Namun gagal. Kusni kembali merasakan udara pengap penjara. Ia mengalami keputusasaan dalam hidup. Di penjara Kusni berpindah Katolik, dengan nama baru Ignatius Waluyo. Ia merasa terlahir kembali menjadi manusia.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1900 seconds (0.1#10.140)