Bisnis Esek-esek Itu Masih Tumbuh Subur di Kota Pahlawan, Dolly Belum Mati

Senin, 07 Juni 2021 - 09:35 WIB
loading...
Bisnis Esek-esek Itu Masih Tumbuh Subur di Kota Pahlawan, Dolly Belum Mati
Noor Arief Prasetyo saat berdialog dengan salah satu PSK Dolly melalui video podcast di Youtube IKA Stikosa AWS. Foto/Ist.
A A A
SURABAYA - Lokalisasi terbesar di Asia Tenggara, Dolly ditutup oleh Tri Rismaharini, yang kala itu menjabat Wali Kota Surabaya. Penutupan dilakukan pada tanggal 27 Juli 2014, dan sejak itu Kota Pahlawan seperti bebas dari cerita tentang prostitusi di Dolly .



Setelah hampir tujuh tahun berlalu, cerita tentang prostitusi di Dolly ternyata belum juga mati. Bahkan di masa pandemi COVID-19 saat ini, dunia prostitusi di Dolly masih tumbuh subur.



Informasi itu diulas dalam video podcast di Youtube Ikatan Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (IKA Stikosa-AWS) yang diluncurkan, Minggu (6/6/2021) malam. Podcast dengan tema Lingkaran Kota Kita itu berjudul " Dolly Belum Mati ".



Podcast dipandu oleh Noor Arief Prasetyo penulis buku Surabaya Butuh Lokalisasi . Pria yang juga pengurus IKA Stikosa AWS itu berdialog secara eksklusif dengan narasumber berinisial LD (nama samaran).

LD adalah perempuan yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK) di Dolly saat ini. "Lokalisasi dan prostitusi di Dolly adalah ruh dan tubuh. Kini Dolly seperti hantu, bergerak tanpa wujud," kata Noor Arief membuka podcast.



Dari podcast tersebut, banyak informasi terkuak dari bisnis lendir terselubung di Dolly . Mulai dari cara menggaet tamu, kehidupan PSK dan muncikari, tarif, tempat kencan, razia, kondisi sosial Dolly, hingga faktor kesehatan para PSK.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1641 seconds (0.1#10.140)