Lolos Uji BPFK, Ventilator Ambu-Bag Airgency ITB Segera Jalani Uji Klinis
loading...
A
A
A
Fitur-fitur dalam Ventilator Airgency
Dosen FTMD ITB Christian Reyner mengatakan, fungsi utama Ventilator Ambu-bag Airgency adalah menggantikan alat yang sebelumnya dioperasikan manual.
Keunggulan alat ini, kata Rayner, memiliki sistem sederhana, dapat dioperasikan dengan mudah, dan biaya produksi rendah.
“Harapan kami setelah lolos uji klinis, sudah mendapat izin edar, kami bisa segera memproduksi alat ini dan mengedarkannya ke rumah sakit,” kata Rayner kepada Humas ITB melalui video teleconference, Jumat (15/5/2020).
Dia mengemukakan, alat tersebut memiliki parameter untuk mengatur seberapa besar oksigen yang masuk ke dalam paru-paru pasien. Sebab, setiap orang memiliki pola pernapasan dan kebutuhan oksigen berbeda.
"Dengan Ventilator Ambu-bag Airgency, dokter bisa mengatur sesuai kondisi pasien. Pengaturan lainnya adalah inspiratory dan respiratory dengan rasio antara jumlah oksigen yang diterima dan dikeluarkan. Misalnya 1 : 2 atau 1 : 3. Semua itu bisa diatur oleh dokter yang menangani pasien,” ujar Rayner.
Fungsi selanjutnya adalah pengaturan bidang volume. Karena setiap pasien memiliki bidang volume udara yang juga berbeda. Misalnya 300 mililiter (ml), 400 ml, 500 ml. Maka, alat tersebut juga dapat disesuaikan dengan bidang volume pasien atau kapasitas menerima oksigen.
Selain itu, tutur Rayner, fitur lain yang tak kalah penting dalam alat tersebut adalah warning system yang akan mendeteksi kegagalan fungsi alat dengan ditandai suara “beep”.
“Misalnya, saat dioperasikan ada selang pernapasan yang terlepas, maka alat akan berbunyi sebanyak empat kali ‘beep’. Kemudian ada pendeteksi kebocoran halus, warning dalam kondisi low, high, over pressure yang berkaitan dengan kapasitas paru-paru dan tidal volume yang diberikan oleh dokter,” tutur dia.
Rayner mengungkapkan, Ventilator Ambu-bag Airgency juga dilengkapi sistem perpindahan sumber tenaga listrik otomatis dari AC ke baterai atau DC.
Hal itu untuk mengantisipasi jika terjadi mati listrik, maka sumber listrik akan pindah menggunakan baterai dan alat tetap berfungsi tanpa terhenti. “Sistem kami bisa bertahan dengan baterai selama 3-4 jam,” ungkap Rayner.
Dosen FTMD ITB Christian Reyner mengatakan, fungsi utama Ventilator Ambu-bag Airgency adalah menggantikan alat yang sebelumnya dioperasikan manual.
Keunggulan alat ini, kata Rayner, memiliki sistem sederhana, dapat dioperasikan dengan mudah, dan biaya produksi rendah.
“Harapan kami setelah lolos uji klinis, sudah mendapat izin edar, kami bisa segera memproduksi alat ini dan mengedarkannya ke rumah sakit,” kata Rayner kepada Humas ITB melalui video teleconference, Jumat (15/5/2020).
Dia mengemukakan, alat tersebut memiliki parameter untuk mengatur seberapa besar oksigen yang masuk ke dalam paru-paru pasien. Sebab, setiap orang memiliki pola pernapasan dan kebutuhan oksigen berbeda.
"Dengan Ventilator Ambu-bag Airgency, dokter bisa mengatur sesuai kondisi pasien. Pengaturan lainnya adalah inspiratory dan respiratory dengan rasio antara jumlah oksigen yang diterima dan dikeluarkan. Misalnya 1 : 2 atau 1 : 3. Semua itu bisa diatur oleh dokter yang menangani pasien,” ujar Rayner.
Fungsi selanjutnya adalah pengaturan bidang volume. Karena setiap pasien memiliki bidang volume udara yang juga berbeda. Misalnya 300 mililiter (ml), 400 ml, 500 ml. Maka, alat tersebut juga dapat disesuaikan dengan bidang volume pasien atau kapasitas menerima oksigen.
Selain itu, tutur Rayner, fitur lain yang tak kalah penting dalam alat tersebut adalah warning system yang akan mendeteksi kegagalan fungsi alat dengan ditandai suara “beep”.
“Misalnya, saat dioperasikan ada selang pernapasan yang terlepas, maka alat akan berbunyi sebanyak empat kali ‘beep’. Kemudian ada pendeteksi kebocoran halus, warning dalam kondisi low, high, over pressure yang berkaitan dengan kapasitas paru-paru dan tidal volume yang diberikan oleh dokter,” tutur dia.
Rayner mengungkapkan, Ventilator Ambu-bag Airgency juga dilengkapi sistem perpindahan sumber tenaga listrik otomatis dari AC ke baterai atau DC.
Hal itu untuk mengantisipasi jika terjadi mati listrik, maka sumber listrik akan pindah menggunakan baterai dan alat tetap berfungsi tanpa terhenti. “Sistem kami bisa bertahan dengan baterai selama 3-4 jam,” ungkap Rayner.