Kearifan Lokal Efektif Jadi Daya Tangkal Radikalisme di DIY
loading...
A
A
A
Menurut Agung, partisipasi masyarakat di DIY membentuk kelompok masyarakat yang mendalami ideologi Pancasila semacam ini cukup tinggi. Mereka tersebar di seluruh wilayah DIY.
Ketua Pengelola Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) UGM, Mustofa Anshori MHum menyebut pencegahan paham radikalisme bukan proses instan. Tidak bisa dilakukan dalam tempo yang singkat, namun dibutuhkan proses yang panjang.
Pendidikan harus terus menerus dilakukan untuk mencegah paham radikalisme ini termasuk dengan pendidikan agama.
“Pendidikan harus memartabatkan manusia. Pendidikan harus membebaskan. Membebaskan dari masalah, membebaskan dari ketidaktahuan,” terangnya.(Baca juga : BNPT-FKPT Beri Penguatan Penyuluh Agama )
Wakil Ketua FKPT DIY ini menambahkan, dibutuhkan pendidikan agama dengan cara dan metode lain agar paham radikalisme ini bisa ditekan. Selama ini pendidikan agama lebih banyak dengan indoktrinasi. Seharusnya penyampaian materi keagamaan bisa dilakukan dengan nuansa akademis. Ruang dikusi harus dibuka selebar-lebarnya. “Bukan dengan pendidikan doktrin tapi akademis. Buka ruang diskusi dan kreatif seluas-luasnya,” ujarnya.
Seminar online yang digelar oleh FKPT DIY ini digelar selama 1,5 jam, dimulai pukul 15.30 WIB hingga menjelang buka puasa. Seminar ini diikuti oleh 45 peserta yang terdiri dari kalangan akademisi, praktisi hingga mahasiswa. Sejumlah tokoh ikut berpartisipasi dalam diskusi ini termasuk Wakil Rektor UGM Prof Djagal Wiseso Marseno.
Ketua Pengelola Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) UGM, Mustofa Anshori MHum menyebut pencegahan paham radikalisme bukan proses instan. Tidak bisa dilakukan dalam tempo yang singkat, namun dibutuhkan proses yang panjang.
Pendidikan harus terus menerus dilakukan untuk mencegah paham radikalisme ini termasuk dengan pendidikan agama.
“Pendidikan harus memartabatkan manusia. Pendidikan harus membebaskan. Membebaskan dari masalah, membebaskan dari ketidaktahuan,” terangnya.(Baca juga : BNPT-FKPT Beri Penguatan Penyuluh Agama )
Wakil Ketua FKPT DIY ini menambahkan, dibutuhkan pendidikan agama dengan cara dan metode lain agar paham radikalisme ini bisa ditekan. Selama ini pendidikan agama lebih banyak dengan indoktrinasi. Seharusnya penyampaian materi keagamaan bisa dilakukan dengan nuansa akademis. Ruang dikusi harus dibuka selebar-lebarnya. “Bukan dengan pendidikan doktrin tapi akademis. Buka ruang diskusi dan kreatif seluas-luasnya,” ujarnya.
Seminar online yang digelar oleh FKPT DIY ini digelar selama 1,5 jam, dimulai pukul 15.30 WIB hingga menjelang buka puasa. Seminar ini diikuti oleh 45 peserta yang terdiri dari kalangan akademisi, praktisi hingga mahasiswa. Sejumlah tokoh ikut berpartisipasi dalam diskusi ini termasuk Wakil Rektor UGM Prof Djagal Wiseso Marseno.
(nun)