BNPT-FKPT Beri Penguatan Penyuluh Agama
A
A
A
YOGYAKARTA - Sekitar seratusan penyuluh agama di DIY dikumpulkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY di Yogyakarta. Para penyuluh agama yang berasal dari berbagai kecamatan ini mendapat pemahaman deteksi dini radikalisme yang saat ini marak berkembang di masyarakat.
“Kita kuatkan pemahaman mereka sebagai upaya mengantisipasi tentang radikalisme dan terorisme. Para penyuluh ini kita libatkan karena mereka menjadi ujung tombak di masyarakat. Para penyuluh ini punya komunitas-komunitas, kelompok pengajian, desa binaan,” terang Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT, dr Andi Intang Dulung di sela-sela acara Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama Dalam Menghadapi Radikalisme di Hotel Crystal Lotus Jalan Magelang Yogyakarta Rabu (21/3/2018).
Andi Intang menyebut, program ini dilakukan di 32 provinsi di seluruh Indonesia. Selain program bagi penyuluh agama, BNPT juga memiliki program-program lain yang dilakukan bergilir di setiap provinsi. Upaya ini dilakukan sebagai program pelibatan masyarakat. “Bersamaan dengan daerah lain digelar berbagai kegiatan oleh BNPT. Di Yogya saat ini soal bidang agama dan dakwah,” jelasnya.
Lebih jauh dr Andi Intang menyebut, strategi terorisme saat ini terus berkembang. Mereka juga tidak bisa dikenali hanya dengan penampakan dari luar. Andi Intang mencontohkan, pelaku peengeboman di Sarinah justru berpenampilan seperti layaknya orang biasa menggunakan topi, kaos oblong dan jins. Tak lagi denan menunjukkan cara berpakaian dari kelompok tertentu.
“Para penyuluh ini setiap hari bertemu dengan masyarakat. Harapanya mereka bisa memberikan hal-hal postif di masyarakat menebarkan kedamaian dan menjadi deteksi dini di lingkungan masig-masing,” jelasnya.
Kepala Kanwil Kemenag DIY M Lutfhi Hamid menyebut acara ini sangat pas untuk para penyuluh. Menurutnya banyak penyuluh bersikap apriori terhadap bahaya perilaku yang intoleran yang sesunguhnya terus berkembang.
“Paham ini (radikalisme) merayap bagai bara dalam sekam. Banyak penyuluh yang masih apriori. Kami berikan apresiasi ke BNPT telah mengandeng instrumen yang sangat fundamental yakni penyuluh agama yang segmentasinya tentu sangat luas,” tegasnya.
Sementara itu Ketua FKPT DIY, Prof Mukhtasar Syamsuddin mengatakan saat ini adalah momentum tepat untuk menyelenggarakan penguatan kapasitas bagi para penyuluh agama ini. Akhir-akhir ini banyak peristiwa intoleransi yang terjadi di wilayah Yogyakarta, mulai dari penyerangan gereja di Sleman hingga pembakaran sajadah di sebuah musola di Bantul.
“Kejadian kemarin harus direspons dengan cepat. Kami tidak ingin kejadian kemarin meluas,” tegasnya.
Untuk diketahui, FKPT merupakan mitra BNPT. Saat ini FKPT sudah terbentuk di 32 Provinsi. Pengurus FKPT terdiri dari delapan orang yang dilantik berdasarkan SK Kepala BNPT. Dalam menjalankan tugasnya FKPT dibantu oleh tiga orang satgas di masing-masing provinsi.
Mantan Dekan Filsafat UGM ini menjelaskan pada 2015 silam, FKPT DIY dan BNPT telah melakukan penelitian tentang potensi radikalimes di Yogyakarta. Hasilnya setiap kabupaten dan kota di DIY memiliki tingkat kerawanan yang berbeda di bidang berbeda pula.
Mukhtasar mencontohkan di Kulonprogo yang muncul adalah isu kilafah. Sementara di Gunungkidul tentang penegakan syariah. Meski demikian dalam penelitian pada 2017, wilayah DIY tidak masuk dalam wilayah rawan radikalimes.
“Meski potensi pada level menengah ke bawah, namun dengan karifan lokal semua bisa diredam. Itu yang akan kita adopsi, kearifan lokal,” ujarnya.
“Kita kuatkan pemahaman mereka sebagai upaya mengantisipasi tentang radikalisme dan terorisme. Para penyuluh ini kita libatkan karena mereka menjadi ujung tombak di masyarakat. Para penyuluh ini punya komunitas-komunitas, kelompok pengajian, desa binaan,” terang Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT, dr Andi Intang Dulung di sela-sela acara Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama Dalam Menghadapi Radikalisme di Hotel Crystal Lotus Jalan Magelang Yogyakarta Rabu (21/3/2018).
Andi Intang menyebut, program ini dilakukan di 32 provinsi di seluruh Indonesia. Selain program bagi penyuluh agama, BNPT juga memiliki program-program lain yang dilakukan bergilir di setiap provinsi. Upaya ini dilakukan sebagai program pelibatan masyarakat. “Bersamaan dengan daerah lain digelar berbagai kegiatan oleh BNPT. Di Yogya saat ini soal bidang agama dan dakwah,” jelasnya.
Lebih jauh dr Andi Intang menyebut, strategi terorisme saat ini terus berkembang. Mereka juga tidak bisa dikenali hanya dengan penampakan dari luar. Andi Intang mencontohkan, pelaku peengeboman di Sarinah justru berpenampilan seperti layaknya orang biasa menggunakan topi, kaos oblong dan jins. Tak lagi denan menunjukkan cara berpakaian dari kelompok tertentu.
“Para penyuluh ini setiap hari bertemu dengan masyarakat. Harapanya mereka bisa memberikan hal-hal postif di masyarakat menebarkan kedamaian dan menjadi deteksi dini di lingkungan masig-masing,” jelasnya.
Kepala Kanwil Kemenag DIY M Lutfhi Hamid menyebut acara ini sangat pas untuk para penyuluh. Menurutnya banyak penyuluh bersikap apriori terhadap bahaya perilaku yang intoleran yang sesunguhnya terus berkembang.
“Paham ini (radikalisme) merayap bagai bara dalam sekam. Banyak penyuluh yang masih apriori. Kami berikan apresiasi ke BNPT telah mengandeng instrumen yang sangat fundamental yakni penyuluh agama yang segmentasinya tentu sangat luas,” tegasnya.
Sementara itu Ketua FKPT DIY, Prof Mukhtasar Syamsuddin mengatakan saat ini adalah momentum tepat untuk menyelenggarakan penguatan kapasitas bagi para penyuluh agama ini. Akhir-akhir ini banyak peristiwa intoleransi yang terjadi di wilayah Yogyakarta, mulai dari penyerangan gereja di Sleman hingga pembakaran sajadah di sebuah musola di Bantul.
“Kejadian kemarin harus direspons dengan cepat. Kami tidak ingin kejadian kemarin meluas,” tegasnya.
Untuk diketahui, FKPT merupakan mitra BNPT. Saat ini FKPT sudah terbentuk di 32 Provinsi. Pengurus FKPT terdiri dari delapan orang yang dilantik berdasarkan SK Kepala BNPT. Dalam menjalankan tugasnya FKPT dibantu oleh tiga orang satgas di masing-masing provinsi.
Mantan Dekan Filsafat UGM ini menjelaskan pada 2015 silam, FKPT DIY dan BNPT telah melakukan penelitian tentang potensi radikalimes di Yogyakarta. Hasilnya setiap kabupaten dan kota di DIY memiliki tingkat kerawanan yang berbeda di bidang berbeda pula.
Mukhtasar mencontohkan di Kulonprogo yang muncul adalah isu kilafah. Sementara di Gunungkidul tentang penegakan syariah. Meski demikian dalam penelitian pada 2017, wilayah DIY tidak masuk dalam wilayah rawan radikalimes.
“Meski potensi pada level menengah ke bawah, namun dengan karifan lokal semua bisa diredam. Itu yang akan kita adopsi, kearifan lokal,” ujarnya.
(rhs)