Triwulan I 2021, Neraca Perdagangan Jawa Timur Defisit USD743,84 Juta
loading...
A
A
A
SURABAYA - Selama triwulan I 2021, neraca perdagangan Jawa Timur (Jatim) defisit sebesar USD743,84 juta.
Defisit ini disumbang oleh selisih perdagangan ekspor-impor di sektor migas yang defisitUSD781,24 juta. Sedangkan selisih neraca perdagangan sektor nonmigas surplus USD37,40 juta.
“Kondisi ini membuat kinerja kedua sektor tersebut perlu lebih ditingkatkan. Agar neraca perdagangan Jatim berubah menjadi surplus di periode berikutnya. Disamping itu perlu diupayakan untuk menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin dalam rilisnya, Jumat (16/4/2021).
Selama Januari - Maret 2021, ekspor Jatim sebesar USD 5,24 miliar atau turun 9,22% periode yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan impor mencapai USD5,98 miliar atau naik 10,27% dibandingkan Januari Maret 2020, yakni sebesar USD5,42 miliar.
“Selama triwulan I 2021, nilai impor nonmigas dari negara ASEAN mencapai USD626,45 juta. Paling banyak dari Thailand dengan nilai USD192,77 juta atau berkontribusi 4,11% dari total impor,” imbuh Umar.
Sedangkan impor dari kawasan Uni Eropa sebesar USD344,95 juta. Utamanya dari Italia sebesar USD92,42 juta atau dengan kontribusi sebesar 1,97%.
Tiga negara utama penyumbang impor ke Jatim pada periode Januari - Maret 2021, masih didominasi dari Tiongkok dengan nilai impor sebesar USD1,29 miliar atau dengan kontribusi 27,57%.
Disusul Amerika Serikat sebesar USD331,53 juta atau dengan kontribusi 7,07 persen, serta Australia sebesar USD226,34 juta atau dengan kontribusi 4,82%.
Baca juga: 2022, Pemprov Jawa Timur Fokus Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur Wilayah Selatan
Selama triwulan I 2021, bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON lainnya tidak dicampur, menjadi komoditas impor utama dengan kontribusi 6,65% atau senilai USD397,49 juta.
Baca juga: Bank Indonesia Pacu Bisnis Ponpes Lewat Distribution Center KSBP
Disusul komoditas hasil dari ekstraksi minyak kacang kedelai lainnya dengan kontribusi 5,18% dengan nilai USD309,67 juta. Berikutnya adalah komoditas kondensat dengan kontribusi 4,40% dengan nilai USD263,33 juta.
Defisit ini disumbang oleh selisih perdagangan ekspor-impor di sektor migas yang defisitUSD781,24 juta. Sedangkan selisih neraca perdagangan sektor nonmigas surplus USD37,40 juta.
“Kondisi ini membuat kinerja kedua sektor tersebut perlu lebih ditingkatkan. Agar neraca perdagangan Jatim berubah menjadi surplus di periode berikutnya. Disamping itu perlu diupayakan untuk menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin dalam rilisnya, Jumat (16/4/2021).
Selama Januari - Maret 2021, ekspor Jatim sebesar USD 5,24 miliar atau turun 9,22% periode yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan impor mencapai USD5,98 miliar atau naik 10,27% dibandingkan Januari Maret 2020, yakni sebesar USD5,42 miliar.
“Selama triwulan I 2021, nilai impor nonmigas dari negara ASEAN mencapai USD626,45 juta. Paling banyak dari Thailand dengan nilai USD192,77 juta atau berkontribusi 4,11% dari total impor,” imbuh Umar.
Sedangkan impor dari kawasan Uni Eropa sebesar USD344,95 juta. Utamanya dari Italia sebesar USD92,42 juta atau dengan kontribusi sebesar 1,97%.
Tiga negara utama penyumbang impor ke Jatim pada periode Januari - Maret 2021, masih didominasi dari Tiongkok dengan nilai impor sebesar USD1,29 miliar atau dengan kontribusi 27,57%.
Disusul Amerika Serikat sebesar USD331,53 juta atau dengan kontribusi 7,07 persen, serta Australia sebesar USD226,34 juta atau dengan kontribusi 4,82%.
Baca juga: 2022, Pemprov Jawa Timur Fokus Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur Wilayah Selatan
Selama triwulan I 2021, bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON lainnya tidak dicampur, menjadi komoditas impor utama dengan kontribusi 6,65% atau senilai USD397,49 juta.
Baca juga: Bank Indonesia Pacu Bisnis Ponpes Lewat Distribution Center KSBP
Disusul komoditas hasil dari ekstraksi minyak kacang kedelai lainnya dengan kontribusi 5,18% dengan nilai USD309,67 juta. Berikutnya adalah komoditas kondensat dengan kontribusi 4,40% dengan nilai USD263,33 juta.
(boy)