Pola Hidup Bersih Masih Diabaikan, Tahun Lalu 4.588 Warga Cimahi Kena Diare
loading...
A
A
A
CIMAHI - Penyakit diare menjadi salah satu yang rentan dialami oleh masyarakat Kota Cimahi. Selain karena minimnya pola hidup bersih dan sehat, perilaku Buang Air Besar (BAB) sembarangan juga jadi salah satu faktor pemicu.
Mengacu kepada data yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Cimahi, pada tahun lalu total ada 4.588 orang warga Kota Cimahi yang dilaporkan menderita diare. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.530 di antaranya adalah usia balita.
Baca juga: Wali Kota Cimahi Non-Aktif Ajay Priatna Didakwa Terima Suap Rp1,6 M
"Tahun lalu penyakit diare kasusnya cukup tinggi dan yang menyerang balita juga banyak," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan, Kota Cimahi, Romi Abdurahkman, Rabu (14/4/2021).
Secara umum, kata Romi, penyebab diare memang ada dua yakni infeksi dan non infeksi. Untuk infeksi bisa saja karena virus, bakteri, amoeba dan parasit lain seperti cacing. Sementara untuk non infeksi bisa dikarenakan intoleransi makanan, alergi, hingga keracunan.
Namun khusus untuk kasus pada anak, biasanya disebabkan oleh virus. Untuk di tahun ini, sampai pertengahan April sudah tercatat ada 120 balita yang dilaporkan terserang diaere. Sementara secara total ada 442 kasus diare yang menyerang semua kalangan.
Baca juga: Hingga Mei, Pemkot Bandung Bakal Vaksinasi 36.000 Tenaga Kependidikan
Disinggung soal perilaku BAB sembarangan, lanjut dia, biasanya kuman yang dibuang itu akan mengalir bersama kotoran melalui air. Bahayanya, jika air yang sudah terkontaminasi itu digunakan masyarkat, maka kumannya sangat rentan menular.
Apalagi penularan diare kebanyakan dari air yang tercemar dikarenakan adanya bakteri ekoli. Oleh karena itu, dirinya menyarankan agar jarak antara jamban dengan pembuangan itu minimal 10 meter. Tujuannya, agar air yang tercemar oleh buang hajat itu tak mengalir ke sumur atau aliran sungai.
"Kalau kadar ekolinya di air tinggi dan terkonsumsi bisa menyebabkan diare, walaupun bisa juga dipicu karena faktor lain," pungkasnya.
Mengacu kepada data yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Cimahi, pada tahun lalu total ada 4.588 orang warga Kota Cimahi yang dilaporkan menderita diare. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.530 di antaranya adalah usia balita.
Baca juga: Wali Kota Cimahi Non-Aktif Ajay Priatna Didakwa Terima Suap Rp1,6 M
"Tahun lalu penyakit diare kasusnya cukup tinggi dan yang menyerang balita juga banyak," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan, Kota Cimahi, Romi Abdurahkman, Rabu (14/4/2021).
Secara umum, kata Romi, penyebab diare memang ada dua yakni infeksi dan non infeksi. Untuk infeksi bisa saja karena virus, bakteri, amoeba dan parasit lain seperti cacing. Sementara untuk non infeksi bisa dikarenakan intoleransi makanan, alergi, hingga keracunan.
Namun khusus untuk kasus pada anak, biasanya disebabkan oleh virus. Untuk di tahun ini, sampai pertengahan April sudah tercatat ada 120 balita yang dilaporkan terserang diaere. Sementara secara total ada 442 kasus diare yang menyerang semua kalangan.
Baca juga: Hingga Mei, Pemkot Bandung Bakal Vaksinasi 36.000 Tenaga Kependidikan
Disinggung soal perilaku BAB sembarangan, lanjut dia, biasanya kuman yang dibuang itu akan mengalir bersama kotoran melalui air. Bahayanya, jika air yang sudah terkontaminasi itu digunakan masyarkat, maka kumannya sangat rentan menular.
Apalagi penularan diare kebanyakan dari air yang tercemar dikarenakan adanya bakteri ekoli. Oleh karena itu, dirinya menyarankan agar jarak antara jamban dengan pembuangan itu minimal 10 meter. Tujuannya, agar air yang tercemar oleh buang hajat itu tak mengalir ke sumur atau aliran sungai.
"Kalau kadar ekolinya di air tinggi dan terkonsumsi bisa menyebabkan diare, walaupun bisa juga dipicu karena faktor lain," pungkasnya.
(msd)