Petani Cabai di Desa Pucuk Mojokerto Mendadak Jadi Jutawan

Senin, 29 Maret 2021 - 20:00 WIB
loading...
Petani Cabai di Desa...
Petani cabe di Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto mendadak jadi jutawan, hingga mampu membeli mobil dan perhiasan dari hasil penjualan cabai. Foto: SINDONews/Sholahudin
A A A
MOJOKERTO - Para petani cabai di Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto dalam dua bulan terakhir mendadak jadi jutawan . Mereka bahkan bisa membeli perhiasan, hewan ternak, sepeda motor, mobil hingga merenovasi rumah.

Mereka tidak mendapat uang konpensasi atau pembayaran ganti rugi lahan seperti yang terjadi di Kabupaten Tuban hingga memborong mobil-mobil mewah, namun mendapat berkah dari mahalnya harga cabai.


Petani Cabai di Desa Pucuk Mojokerto Mendadak Jadi Jutawan

Hal ini dibenarkan oleh Kepala Desa Pucuk Nanang Sudarmawan. “Alhamdulilah sejak harga cabe mahal perekonomian warga meningkat. Banyak dibelikan barang-barang seperti sepeda motor, setahu saya ada puluhan sekitar 30-50 motor. Paling banyak jenis motor matic dan ada juga beli mobil.," ungkapnya, Senin, (29/3/2021).

Di Desa Pucuk, hampir 95% dari total sekitar 1.100 kepala keluarga (KK) yang tersebar di lima dusun seperti, Dusun Wotgaru, Dusun Pucuk,Dusun Brejel Lor, Dusun Brejel Kidul, Dusun Kwarigan. Kini beramai-ramai membeli hewan ternak, perhiasan, kendaraan roda dua, roda empat, bahkan renovasi rumah.

Mereka membeli puluhan motor dan mobil secara kontan dari hasil keuntungan panen cabe, saat harga menembus Rp90.000-Rp 95.000 per kilogram di tingkat tengkulak atau pengepul.

Menurut Nanang, paling banyak petani cabai yang memborong kendaraan motor berada di Dusun Pucuk lantaran wilayah lebih luas dan mayoritas penduduknya adalah petani cabe. “Paling banyak di Dusun Pucuk petani cabai yang beli kendaraan. Beberapa ada yang merenovasi atau membangun rumahnya dari kayu jadi permanen," ungkapnya.

Petani Cabai di Desa Pucuk Mojokerto Mendadak Jadi Jutawan



Kepala Desa dua periode ini menyebut, harga cabai tahun 2021 ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kali ini sangat tinggi, dan bertahan hampir dua bulan. Mulai dari harga Rp 50.000 di awal panen Februari lalu, terus merangsek naik hingga mencapai Rp95.000.

Selain itu, minimnya ketersediaan cabai di luar daerah membuat petani Dawarblandong menjadi pemasok. Lantaran, di Kecamatan Dawarblandong yang hampir sebagian mata pencaharian warganya bertani memiliki hasil panen yang melipah kali ini.

Pengiriman pun dilakukan, hingga Kota Semarang, Surabaya, Gresik bahkan pulau Bali. "Sekali panen memperoleh dua sampai tiga kwintal. Itu setiap seminggu sekali kalau dikalikan sekitar Rp24 juta dan bisa panen bisa sampai 10-12 kali satu petani dikirimnya justru keluar,” bebernya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2936 seconds (0.1#10.140)