Protes Rencana Impor, Petani di Lombok Buang Jagung ke Jalan Raya
loading...
A
A
A
MATARAM - Protes keras dilakukan para petani jagung di Kabupaten Lombok, NTB. terhadap rencana impor jagung. Para petani yang kawatir harga jagungnya anjlok ketika masuk jagung impor, melakukan protes dengan membuang jagung hasil panen mereka ke jalan raya, Jumat (24/9/2021).
Salah seorang petani jagung di Lombok, Haris mentakan, jika impor jagung sampai terjadi maka petani jagung akan merugi. "Kalau ada jagung impor, harga jagung hasil panen petani pasti anjlok, dan petani tidak bisa menutupi biaya produksinya," tegasnya.
Pengamat perjagungan NTB, Dean Novel menyarakankan impor jagung tidak dilakuan tergesa-gesa, agar tidak sampai merugikan para petani jagung. "Diharapkan kebijakan yang diambil tidak sampai merugikan petani," tegasnya.
Wacana untuk melakukan impor jagung muncul, setelah ada protes dari peternak ayam petelur di Blitar, Jawa Timur. Mereka mengeluhkan kenaikan harga pakan, yang ditengarai akibat kelangkaan bahan baku salah satunya jagung.
Saat ini harga pembelian pokok (HPP) jagung dari petani maksimal Rp4.500/kg. HPP tersebut, lebih rendah dari harga jual jagung di tingkat petani di Lombok, yang mencapai Rp5.000/kg.
Salah seorang petani jagung di Lombok, Haris mentakan, jika impor jagung sampai terjadi maka petani jagung akan merugi. "Kalau ada jagung impor, harga jagung hasil panen petani pasti anjlok, dan petani tidak bisa menutupi biaya produksinya," tegasnya.
Pengamat perjagungan NTB, Dean Novel menyarakankan impor jagung tidak dilakuan tergesa-gesa, agar tidak sampai merugikan para petani jagung. "Diharapkan kebijakan yang diambil tidak sampai merugikan petani," tegasnya.
Wacana untuk melakukan impor jagung muncul, setelah ada protes dari peternak ayam petelur di Blitar, Jawa Timur. Mereka mengeluhkan kenaikan harga pakan, yang ditengarai akibat kelangkaan bahan baku salah satunya jagung.
Saat ini harga pembelian pokok (HPP) jagung dari petani maksimal Rp4.500/kg. HPP tersebut, lebih rendah dari harga jual jagung di tingkat petani di Lombok, yang mencapai Rp5.000/kg.
(eyt)