Misterius-Gaib, Kisah Penambang Emas dan Pencari Langsat yang Raib di Tor Pisang Mata

Sabtu, 06 Februari 2021 - 05:00 WIB
loading...
Misterius-Gaib, Kisah Penambang Emas dan Pencari Langsat yang Raib di Tor Pisang Mata
Ilustrasi/SINDOnews/dok
A A A
MEDAN - Di sekitar Bukit Tor Pisang Mata (Torpis) Desa Mailil, Kecamatan Bilah Barat, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara, masih dianggap sebagian warga masih menyimpan kisah yang cukup misterius.

Konon bagi tetua di sana belum dapat melupakan peristiwa hilangnya empat dari 13 orang ekpedisi Belanda yang ingin membuka penambangan emas dan seorang warga lokal pencari buah langsat di daerah perbukitan, yang terdapat di lereng Bukit Barisan Rantauprapat.

Sejak dahulu warga masih ada yang meyakini di puncak Bukit Tor Pisang Mata, terdapat kadungan emas yang cukup banyak, tetapi dibarengi dengan kemistisan di daerah tersebut.

Bahkan, cerita kandungan emas sebesar kuda tertanam di lokasi itu, sudah tersiar ke mana-mana. Hingga hari ini juga warga masih kerap melakukan penambangan secara tradisional di sebuah sungai yang tidak jauh dari kaki bukit Tor Pisang Mata tersebut.

Cerita keberadaan bongkahan emas ini pula yang memotivasi orang Belanda yang didampingi tokoh lokal untuk mengirimkan ekpedisi sebanyak 13 orang melakukan pencarian bongkahan emas yang cukup tersohor di daerah itu sejak masa dulu.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan hingga sampai di Bukit Tor Pisang Mata, akhirnya ke 13 orang yang tergabung dalam ekpedisi warga Belada itu sampai di puncak Bukit Tor Pisang Mata.

Sebutan Tor Pisang Mata muncul sejak ratusan tahun lalu. Ketika itu, warga yang berkebun di sana menemui keanehan. Setiap pisang yang sudah masak dibawa ke daerah perbukitan itu, secara mendadak bisa menjadi mentah (Bahasa Mandailing Mata= Mentah)

Sejak itulah sampai hari ini, bukit itu disebut warga menjadi Tor Pisang Mata. Kemudian, tim ekpedisi Belanda yang terdiri dari 13 orang itu terlebih dahulu melakukan ritual sebelum melakukan penambangan emas.

Mereka menaburkan sesajen yang dianggap sebagai ucapan minta izin kepada penunggu disana, atas kehadiran mereka di lokasi itu. Dengan cara demikian mereka meyakini bakal mendapat restu dari pihak gaib untuk memulai perburuan bongkahan emas itu.

Alhasil, pengerukan dimulai dengan harapan emas yang terkandung dalam bukit itu dapat diperoleh. Dengan berbagai cara pengerukan dilakukan, namun belum membuahkan hasil. Peluh serta keringat membasahi tubuh mereka yang bergelut didalam kubangan yang mereka kerok.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1053 seconds (0.1#10.140)