Aktivitas Kegempaan Meningkat, Analisa Erupsi Merapi Cenderung Eksplosif
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Balai Penyeledikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG ) menyebut karakter dominan Merapi bakal ke arah erupsi eksplosif. Hal ini berdasarkan analisa kenaikan kegempaan yang terjadi sejak status dinaikkan menjadi siaga.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, pihaknya memang melakukan evaluasi terhadap gejala peningkatan aktivitas vulknik di Merapi, hasil analisa berdasarkan jumlah kegempaan terutama VA dan VB kemudian juga laju kecepatan gempa guguran hal ini mengadakan kecenderungan ke arah letusan eksplosif. (Baca Juga: Hari ini, Lima Kali Suara Gemuruh Terdengar dari Puncak Merapi)
“Analisa awal kita setelah kita naikkan dari waspada ke siaga memang eksplosif, kemudian kita evaluasi karena terjadi penurunan aktivitas vulkanik yang mengarah ke efusif. Namun kemudian terjadi peningkatan kegempaan dan laju deformasi, nah kalau model ini mengarah atau cenderung ke eksplosif,” terangnya saat zoom meeting perkembangan Merapi terkini, Senin (4/1/2021).
Dijelaskannya, saat ini juga terjadi perubahan morfologi di puncak Merapi. Namun demikian perubahan masih perubahan minor dan belum membentuk kubah lava baru. “Perubahan morfologi ini karena aktivitas guguran," katanya. (Baca Juga: Pagi Ini Lava Pijar Meluncur Dari Puncak Merapi Menuju Kali Lamat Sejauh 1,5 Km)
Dalam minggu ini lanjut dia, kegempaan di Merapi tercatat 501 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 2.403 kali gempa Fase Banyak (MP), 4 kali gempa Low Frekuensi (LF), 343 kali gempa Guguran (RF), 494 kali gempa Hembusan (DG) dan 8 kali gempa Tektonik (TT). "Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu," ulasnya. (Baca Juga: Status Masih Siaga, Sleman Perpanjang Tanggap Darurat Merapi)
Begitu juga dengan laju pemendekan jarak tunjam yang diukur berdasarkan electronic distance measurement (EDM) diketahui naik menjadi 14 cm. Hal ini meningkat dari sebelumnya yaitu 11 cm per hari. "Kawasan rawan bahaya masih asam radius 5 km dari puncak Merapi," pungkasnya.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, pihaknya memang melakukan evaluasi terhadap gejala peningkatan aktivitas vulknik di Merapi, hasil analisa berdasarkan jumlah kegempaan terutama VA dan VB kemudian juga laju kecepatan gempa guguran hal ini mengadakan kecenderungan ke arah letusan eksplosif. (Baca Juga: Hari ini, Lima Kali Suara Gemuruh Terdengar dari Puncak Merapi)
“Analisa awal kita setelah kita naikkan dari waspada ke siaga memang eksplosif, kemudian kita evaluasi karena terjadi penurunan aktivitas vulkanik yang mengarah ke efusif. Namun kemudian terjadi peningkatan kegempaan dan laju deformasi, nah kalau model ini mengarah atau cenderung ke eksplosif,” terangnya saat zoom meeting perkembangan Merapi terkini, Senin (4/1/2021).
Dijelaskannya, saat ini juga terjadi perubahan morfologi di puncak Merapi. Namun demikian perubahan masih perubahan minor dan belum membentuk kubah lava baru. “Perubahan morfologi ini karena aktivitas guguran," katanya. (Baca Juga: Pagi Ini Lava Pijar Meluncur Dari Puncak Merapi Menuju Kali Lamat Sejauh 1,5 Km)
Dalam minggu ini lanjut dia, kegempaan di Merapi tercatat 501 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 2.403 kali gempa Fase Banyak (MP), 4 kali gempa Low Frekuensi (LF), 343 kali gempa Guguran (RF), 494 kali gempa Hembusan (DG) dan 8 kali gempa Tektonik (TT). "Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu," ulasnya. (Baca Juga: Status Masih Siaga, Sleman Perpanjang Tanggap Darurat Merapi)
Begitu juga dengan laju pemendekan jarak tunjam yang diukur berdasarkan electronic distance measurement (EDM) diketahui naik menjadi 14 cm. Hal ini meningkat dari sebelumnya yaitu 11 cm per hari. "Kawasan rawan bahaya masih asam radius 5 km dari puncak Merapi," pungkasnya.
(nic)