Membangun Lumbung, Menolak Limbung di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
Para santri sudah memenuhi masjid ketika adzan Subuh berkumandang. Di Ponpes Fathul Ulum, selepas Salat Subuh berjamaah, para santri menjalani ngaji rutin bersamaan dengan embun yang merayap di daun-daun. Selesai mengaji, para santri langsung bergegas ke ladang untuk memberi makan hewan ternak dan tanaman .
Rizki sudah membersihkan tempat penampungan air ketika para santri berdatangan. Mereka merupakan santri di ponpes yang memiliki keinginan besar untuk berkembang, tergabung dalam Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM) yang dibentuk oleh Rizki.
Di pagi yang teduh, para santri langsung menuju pematang untuk segera meracik makanan lele. Membersihkan kandang sapi, kambing serta menyiram air ke area tomat dan cabai. Mereka menolak untuk tunduk pada COVID-19 dan memilih jalan mandiri menjadi petani milenial.
(Baca juga: Lagi Asyik Tegak Miras, Wanita-wanita Seksi di Kafe Holywings Gold Kaget Dibubarkan Satpol PP)
Rizki menuturkan, kehadiran KSTM menjawab kebutuhan kemandirian masyarakat, termasuk di pesantren. Awalnya dirinya hanya menjelaskan tentang konsep kemandirian di pesantren pada salah satu pengasuh Ponpes Fathul Ulum Kyai Ahmad Habibul Amin.
Banyak orang yang memandang sebelah mata konsep bertani . Padahal, melalui pertanian itu pundi rejeki bermunculan. Kelindan alam dan keinginan yang kuat membawanya untuk terus mengubah berbagai pola baru dalam bertani.
Seperti kepingan puzzle, Rizki pun memberikan pembelajaran tentang cara ternak lele, sapi, maupun budidaya tomat dan cabai. Pertemuannya dengan para santri membawanya melangkah jauh untuk bisa mengembangkan lahan pertanian yang lebih maju dan modern.
(Baca juga: Jelang 2021 FPI Dibubarkan Pemerintah, Karangan Bunga Bertebaran di Kota Bandung )
Kyai Amin pun menjadi kepingan yang selama ini dicari Rizki. Ada kesamaan tujuan yang membawa mereka menaklukan lahan yang tandus menjadi bernilai guna lebih. Konsep santripreneur pun menjadi ujung tombak dalam mengembangkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi. Tentu dengan produk yang dihasilkan dari lahan di dekat pondok pesantren.
"Orang tak lagi beranggapan kalau santri ahli agama saja, tapi juga bisa berkarya dan membangun kemandirian sejak usia muda," katanya.
Rizki sudah membersihkan tempat penampungan air ketika para santri berdatangan. Mereka merupakan santri di ponpes yang memiliki keinginan besar untuk berkembang, tergabung dalam Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM) yang dibentuk oleh Rizki.
Di pagi yang teduh, para santri langsung menuju pematang untuk segera meracik makanan lele. Membersihkan kandang sapi, kambing serta menyiram air ke area tomat dan cabai. Mereka menolak untuk tunduk pada COVID-19 dan memilih jalan mandiri menjadi petani milenial.
(Baca juga: Lagi Asyik Tegak Miras, Wanita-wanita Seksi di Kafe Holywings Gold Kaget Dibubarkan Satpol PP)
Rizki menuturkan, kehadiran KSTM menjawab kebutuhan kemandirian masyarakat, termasuk di pesantren. Awalnya dirinya hanya menjelaskan tentang konsep kemandirian di pesantren pada salah satu pengasuh Ponpes Fathul Ulum Kyai Ahmad Habibul Amin.
Banyak orang yang memandang sebelah mata konsep bertani . Padahal, melalui pertanian itu pundi rejeki bermunculan. Kelindan alam dan keinginan yang kuat membawanya untuk terus mengubah berbagai pola baru dalam bertani.
Seperti kepingan puzzle, Rizki pun memberikan pembelajaran tentang cara ternak lele, sapi, maupun budidaya tomat dan cabai. Pertemuannya dengan para santri membawanya melangkah jauh untuk bisa mengembangkan lahan pertanian yang lebih maju dan modern.
(Baca juga: Jelang 2021 FPI Dibubarkan Pemerintah, Karangan Bunga Bertebaran di Kota Bandung )
Kyai Amin pun menjadi kepingan yang selama ini dicari Rizki. Ada kesamaan tujuan yang membawa mereka menaklukan lahan yang tandus menjadi bernilai guna lebih. Konsep santripreneur pun menjadi ujung tombak dalam mengembangkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi. Tentu dengan produk yang dihasilkan dari lahan di dekat pondok pesantren.
"Orang tak lagi beranggapan kalau santri ahli agama saja, tapi juga bisa berkarya dan membangun kemandirian sejak usia muda," katanya.