China Menguji Kemampuan Rudal Kapal Selam Bertenaga Nuklir
loading...
A
A
A
BEIJING - China telah menguji tembak rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) JL-3 berkemampuan nuklir. Misil ini memiliki jangkauan 12.000 km, yang berarti bisa menghantam wilayah Amerika Serikat(AS) ketika ditembakkan dari pantai China.
South China Morning Post (SCMP) dalam laporannya 13 Mei tidak merinci tanggal dan lokasi uji tembak misil tersebut. Namun, senjata itu resmi diakui Beijing sebagai kebanggaan sains, di mana para peneliti yang mengembangkannya masuk nominasi penerima penghargaan sains top di negara tersebut.
SLBM JL-3 berada di antara 10 yang dinominasikan untuk menerima Penghargaan Nasional untuk Keunggulan dalam Inovasi. China belum secara resmi mengonfirmasi sedang mengembangkan SLBM JL-3 atau dikenal sebagai Big Wave. Namun menurut laporan SCMP, uji tembak senjata itu adalah yang terbaru setelah uji coba pada 2018 dan 2019.
Para pengamat militer China mengatakan uji coba rudal itu sebagai tanggapan terhadap sikap Presiden AS Donald Trump yang kerap menargetkan China dalam ancamannya.
Pendahulu SLBM JL-3, JL-2 yang memiliki jangkauan 7.400 km telah dikerahkan pada kapal selam nuklir Type 094A untuk patroli operasional pada tahun 2015. Itu menandakan bahwa China akhirnya memiliki kemampuan nuklir berbasis laut yang kredibel.
JL-3 terbaru diperkirakan akan sepenuhnya terintegrasi dengan kapal selam generasi berikutnya Type 096 pada tahun 2025. Tahun lalu, rudal DF-17 China menjadi senjata hipersonik pertama di dunia yang beroperasi. Tetapi DF-17 diyakini didorong oleh mesin roket tradisional.
Mesin antariksa menjadi andalan senjata hipersonik karena menopang penerbangan dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara. Mesin seperti itu menghirup dan mendinginkan udara yang terlalu panas selama terbang dengan kecepatan hipersonik sebagai oksidan.
Sejauh mana kemajuan China dalam pengembangan mesin seperti itu tidak diketahui, tetapi nominasi penghargaan menunjukkan bahwa pekerjaan penelitian yang signifikan telah selesai.
Para ilmuwan di balik sistem dockingmemenangkan penghargaan mereka untuk mengetahui cara menghubungkan pesawat ruang angkasa dengan aman dan efisien ke stasiun ruang angkasa di orbit ketika keduanya bergerak pada kecepatan kosmik pertama 7,9 km/s (4,9 mil per detik).
Penghargaan Nasional untuk Keunggulan dalam Inovasi diluncurkan pada tahun 2017 dan dimaksudkan untuk diadakan setiap tiga tahun. Pemenang edisi pertama termasuk tim yang bekerja pada sistem satelit BeiDou, roket Long March-5 dan sistem listrik terintegrasi kapal perang di PLA Naval University of Engineering.
Lihat Juga: Digadang-gadang Jadi Panglima, Mayjen Imam Soedja'i Pilih Berperang pada Pertempuran November 1945
South China Morning Post (SCMP) dalam laporannya 13 Mei tidak merinci tanggal dan lokasi uji tembak misil tersebut. Namun, senjata itu resmi diakui Beijing sebagai kebanggaan sains, di mana para peneliti yang mengembangkannya masuk nominasi penerima penghargaan sains top di negara tersebut.
SLBM JL-3 berada di antara 10 yang dinominasikan untuk menerima Penghargaan Nasional untuk Keunggulan dalam Inovasi. China belum secara resmi mengonfirmasi sedang mengembangkan SLBM JL-3 atau dikenal sebagai Big Wave. Namun menurut laporan SCMP, uji tembak senjata itu adalah yang terbaru setelah uji coba pada 2018 dan 2019.
Para pengamat militer China mengatakan uji coba rudal itu sebagai tanggapan terhadap sikap Presiden AS Donald Trump yang kerap menargetkan China dalam ancamannya.
Pendahulu SLBM JL-3, JL-2 yang memiliki jangkauan 7.400 km telah dikerahkan pada kapal selam nuklir Type 094A untuk patroli operasional pada tahun 2015. Itu menandakan bahwa China akhirnya memiliki kemampuan nuklir berbasis laut yang kredibel.
JL-3 terbaru diperkirakan akan sepenuhnya terintegrasi dengan kapal selam generasi berikutnya Type 096 pada tahun 2025. Tahun lalu, rudal DF-17 China menjadi senjata hipersonik pertama di dunia yang beroperasi. Tetapi DF-17 diyakini didorong oleh mesin roket tradisional.
Mesin antariksa menjadi andalan senjata hipersonik karena menopang penerbangan dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara. Mesin seperti itu menghirup dan mendinginkan udara yang terlalu panas selama terbang dengan kecepatan hipersonik sebagai oksidan.
Sejauh mana kemajuan China dalam pengembangan mesin seperti itu tidak diketahui, tetapi nominasi penghargaan menunjukkan bahwa pekerjaan penelitian yang signifikan telah selesai.
Para ilmuwan di balik sistem dockingmemenangkan penghargaan mereka untuk mengetahui cara menghubungkan pesawat ruang angkasa dengan aman dan efisien ke stasiun ruang angkasa di orbit ketika keduanya bergerak pada kecepatan kosmik pertama 7,9 km/s (4,9 mil per detik).
Penghargaan Nasional untuk Keunggulan dalam Inovasi diluncurkan pada tahun 2017 dan dimaksudkan untuk diadakan setiap tiga tahun. Pemenang edisi pertama termasuk tim yang bekerja pada sistem satelit BeiDou, roket Long March-5 dan sistem listrik terintegrasi kapal perang di PLA Naval University of Engineering.
Lihat Juga: Digadang-gadang Jadi Panglima, Mayjen Imam Soedja'i Pilih Berperang pada Pertempuran November 1945
(don)