Siaga Bencana di Kota Pahlawan, 30 Posko Jadi Ujung Tombak
loading...
A
A
A
SURABAYA - Sebanyak 30 posko bencana disiagakan di Kota Pahlawan . Langkah ini dilakukan untuk meminimalisir adanya korban bencana alam yang kini diwaspadai terjadi di Kota Surabaya sampai akhir tahun ini. Apel kesiapsiagaan bencana pun dilalukan di Balai Kota Surabaya, Jumat (13/11/2020).
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama Kapolrestabes Surabaya, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, jajaran TNI dan beberapa Wakil Ketua DPRD Surabaya, camat dan jajaran Pemkot Surabaya menyiapkan berbagai peralatan antisipasi bencana.
Risma menuturkan, sebenarnya setiap tahun dia selalu rutin menggelar apel kesiapsiagaan semacam itu. Namun, kali ini sesuai ramalan BMKG maupun BNPB, ramalannya cukup berat. Karena itu, kami mohon kepada semuanya saja, terutama petugas-petugas yang ada di pos-pos, harus selalu siaga," kata Risma.(Baca juga: Siswi SMP Mual Dikira Masuk Angin, Dibawa ke Tukang Pijit, Eh Ternyata Dihamili Paman )
Ia juga berharap ketika bertugas di lapangan harus selalu menghindari dan mengingatkan rekan-rekannya dan warga untuk tidak berteduh di bawah pohon. Yang paling penting pula, jangan sampai memegang tiang listrik dan tiang PJU.
“Kita juga harus selalu mengingatkan warga yang ada di tepi sungai untuk tidak berada di sungai ataupun mandi di sungai, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi saat itu. Kita harus selalu mengingatkan warga terutama anak-anak,” ujarnya.
Presiden UCLG Aspac ini juga menjelaskan bahwa warga yang ada di pesisir pantai atau para nelayan, mungkin satu minggu ini akan terasa berat, karena para nelayan itu tidak bisa berlayar akibat ombaknya yang cukup tinggi dan gelombangnya cukup tinggi pula. “Saya juga sudah ingatkan untuk tidak berlayar dulu sementara waktu,” ujarnya.(Baca juga: Dampak Pandemi COVID-19, 585 Buruh Mojokerto Jadi Korban PHK )
Ia juga mengaku sedang menyiapkan training apabila sewaktu-waktu ada bencana gempa bumi di Kota Surabaya. Apa yang harus dilakukan ketika berada di rumah. “Kalau tiba-tiba ada bencana gempa bumi, kalau sedang berada di rumah, kita harus berlindung di bawah meja atau kalau bisa keluar dari rumahnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi, kita harus lari ke tempat yang lebih tinggi,” tegasnya.
Risma menegaskan, sebenarnya Surabaya tidak dilewati jalur gempa bumi dan tsunami itu, tapi ia tetap berharap mereka harus selalu waspada. Sebab, jika dia hitung, nanti tetap akan berpengaruh pada pesisir Kota Surabaya.
Ia juga mengaku sudah menyiapkan delapan pos pantau di pesisir Surabaya, yaitu di Rumah Pompa Balong, Rusun Romokalisari, Sentra Ikan Bulak, Eks Rumah Pompa Wonorejo II, SMPN 30 Medokan Semampir, Kecamatan Gunung Anyar, Kelurahan Sumberejo, dan Kelurahan Karang Pilang.
"Jadi kita ada delapan posko Yang ada di tepi pantai. Tapi di pos-pos kita punya kurang lebih sekitar 30 posko di dalam kota dan ada pula posko yang terletak di kecamatan serta kelurahan,” ungkapnya.
Di posko tersebut, rombongan Forkopimda ini juga melakukan pengecekan peralatannya, mulai perahu karet, pelampung, penerang (lighting), generator, pengeras suara hingga air mineral. Saat itu, ia menyebut, telah melakukan simulasi di delapan posko tersebut.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama Kapolrestabes Surabaya, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, jajaran TNI dan beberapa Wakil Ketua DPRD Surabaya, camat dan jajaran Pemkot Surabaya menyiapkan berbagai peralatan antisipasi bencana.
Risma menuturkan, sebenarnya setiap tahun dia selalu rutin menggelar apel kesiapsiagaan semacam itu. Namun, kali ini sesuai ramalan BMKG maupun BNPB, ramalannya cukup berat. Karena itu, kami mohon kepada semuanya saja, terutama petugas-petugas yang ada di pos-pos, harus selalu siaga," kata Risma.(Baca juga: Siswi SMP Mual Dikira Masuk Angin, Dibawa ke Tukang Pijit, Eh Ternyata Dihamili Paman )
Ia juga berharap ketika bertugas di lapangan harus selalu menghindari dan mengingatkan rekan-rekannya dan warga untuk tidak berteduh di bawah pohon. Yang paling penting pula, jangan sampai memegang tiang listrik dan tiang PJU.
“Kita juga harus selalu mengingatkan warga yang ada di tepi sungai untuk tidak berada di sungai ataupun mandi di sungai, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi saat itu. Kita harus selalu mengingatkan warga terutama anak-anak,” ujarnya.
Presiden UCLG Aspac ini juga menjelaskan bahwa warga yang ada di pesisir pantai atau para nelayan, mungkin satu minggu ini akan terasa berat, karena para nelayan itu tidak bisa berlayar akibat ombaknya yang cukup tinggi dan gelombangnya cukup tinggi pula. “Saya juga sudah ingatkan untuk tidak berlayar dulu sementara waktu,” ujarnya.(Baca juga: Dampak Pandemi COVID-19, 585 Buruh Mojokerto Jadi Korban PHK )
Ia juga mengaku sedang menyiapkan training apabila sewaktu-waktu ada bencana gempa bumi di Kota Surabaya. Apa yang harus dilakukan ketika berada di rumah. “Kalau tiba-tiba ada bencana gempa bumi, kalau sedang berada di rumah, kita harus berlindung di bawah meja atau kalau bisa keluar dari rumahnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi, kita harus lari ke tempat yang lebih tinggi,” tegasnya.
Risma menegaskan, sebenarnya Surabaya tidak dilewati jalur gempa bumi dan tsunami itu, tapi ia tetap berharap mereka harus selalu waspada. Sebab, jika dia hitung, nanti tetap akan berpengaruh pada pesisir Kota Surabaya.
Ia juga mengaku sudah menyiapkan delapan pos pantau di pesisir Surabaya, yaitu di Rumah Pompa Balong, Rusun Romokalisari, Sentra Ikan Bulak, Eks Rumah Pompa Wonorejo II, SMPN 30 Medokan Semampir, Kecamatan Gunung Anyar, Kelurahan Sumberejo, dan Kelurahan Karang Pilang.
"Jadi kita ada delapan posko Yang ada di tepi pantai. Tapi di pos-pos kita punya kurang lebih sekitar 30 posko di dalam kota dan ada pula posko yang terletak di kecamatan serta kelurahan,” ungkapnya.
Di posko tersebut, rombongan Forkopimda ini juga melakukan pengecekan peralatannya, mulai perahu karet, pelampung, penerang (lighting), generator, pengeras suara hingga air mineral. Saat itu, ia menyebut, telah melakukan simulasi di delapan posko tersebut.
(msd)