Kerja Keras Warga Mojokerto, Ubah Sungai Kumuh Jadi Kolam Ikan
loading...
A
A
A
Menurut Ketua RW, Ahmad awalnya Sungai Bokong memang sangat kumuh, setelah itu ada sejumlah warga RT yang memiliki kesadaran untuk membersihkannya, dan akhirnya menular ke warga di RT lainnya. "Sekarang kondisinya bersih dan kami bisa memelihara ikan," tuturnya.
Sementara, untuk pemanfaatan lahan konsong banyak dilakukan oleh ibu-ibu kampung tersebut, dengan menanam sawi, tomat, terong, hingga pokcoy atau dikenal sawi daging. Perawatan tanaman dilakukan secara bergantian oleh para ibu-ibu setiap pagi dan sore.
Meski berada di lahan sempit, seluruh tanaman sayuran milik warga Kelurahan Sinoman ditanam dengan sistem organik dengan memanfaatkan pupuk organik dari tempat pembuangan akhir sampah milik Pemkot Mojokerto .
Sejak bertani awal tahun lalu, ibu-ibu ini telah melakukan panen sebanyak tiga kali. Untuk menjual hasil pertanian tersebut, warga menitipkannya di e-warung bekerja sama dengan Dinas Sosial Kota Mojokerto Jika warga setempat menginginkan sayuran tersebut, bisa langsung memetik dari lahan dengan harga yang cukup terjangkau.
Salah satu ibu perawat sayuran, Indri Suhermin mengungkapkan, awalnya ada lahan kosong yang sangat rimbun, akhirnya ibu-ibu berinisiatif untuk mengelolanya menjadi lahan pertanian organik. (Baca juga: Anggotanya Keroyok TNI, Ketua MPC PP Sumedang Tolak Sebut Identitas )
"Kami dengan guyup rukun memelihara sayuran organik ini, sehingga bermanfaat bagi warga. Perawatannya dilakukan secara bergantian. Hasilnya dititipkan ke e-warung, dan ada juga yang langsung dibeli warga yang membutuhkan," tuturnya.
Sementara, untuk pemanfaatan lahan konsong banyak dilakukan oleh ibu-ibu kampung tersebut, dengan menanam sawi, tomat, terong, hingga pokcoy atau dikenal sawi daging. Perawatan tanaman dilakukan secara bergantian oleh para ibu-ibu setiap pagi dan sore.
Meski berada di lahan sempit, seluruh tanaman sayuran milik warga Kelurahan Sinoman ditanam dengan sistem organik dengan memanfaatkan pupuk organik dari tempat pembuangan akhir sampah milik Pemkot Mojokerto .
Sejak bertani awal tahun lalu, ibu-ibu ini telah melakukan panen sebanyak tiga kali. Untuk menjual hasil pertanian tersebut, warga menitipkannya di e-warung bekerja sama dengan Dinas Sosial Kota Mojokerto Jika warga setempat menginginkan sayuran tersebut, bisa langsung memetik dari lahan dengan harga yang cukup terjangkau.
Salah satu ibu perawat sayuran, Indri Suhermin mengungkapkan, awalnya ada lahan kosong yang sangat rimbun, akhirnya ibu-ibu berinisiatif untuk mengelolanya menjadi lahan pertanian organik. (Baca juga: Anggotanya Keroyok TNI, Ketua MPC PP Sumedang Tolak Sebut Identitas )
"Kami dengan guyup rukun memelihara sayuran organik ini, sehingga bermanfaat bagi warga. Perawatannya dilakukan secara bergantian. Hasilnya dititipkan ke e-warung, dan ada juga yang langsung dibeli warga yang membutuhkan," tuturnya.
(eyt)