Kerja Keras Warga Mojokerto, Ubah Sungai Kumuh Jadi Kolam Ikan
loading...
A
A
A
MOJOKERTO - Aliran sungai yang melintas di pemukiman padat di Kota Mojokerto , dijuluki dengan Sungai Bokong , karena kondisinya yang terkenal kumuh, dan dipakai warga untuk membuang hajat. (Baca juga: 2 Jambret di Probolinggo Babak Belur Dihajar Massa )
Berkat kepedulian warga, kini Sungai Bokong menjadi bersih dan dimanfaatkan untuk budidaya ikan yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Selain memanfaatkan sungai, warga juga memanfaatkan lahan kosong dan rimbuan di tengah kota untuk ditanami berbagai sayuran organik.
Selain mampu memberikan pendapatan ekonomi bagi warga kampung, pemanfaatan aliran Sungai Bokong dan lahan kosong tersebut juga menjadi salah satu upaya menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19.
Sungai Bokong , merupakan anak Sungai Brangkal, yang melintas dari Kabupaten Mojokerto , ke Kota Mojokerto . Sungai Bokong , melintas di wilayah Kelurahan Sinoman, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto . (Baca juga: Tasikmalaya Gempar, Wanita Cantik Bercelana Seksi Tergeletak di Tepi Jalan )
Sebutan Sungai Bokong dialamatkan di aliran anak sungai ini, karena selama ini dikenal sangat kumuh dan digunakan oleh warga untuk buang hajat. Tak jarang, pengguna jalan yang melintas juga melemparkan sampah begitu saja ke sungai ini.
Warga yang tak ingin kondisi ini terus berlarut-larut, akhirnya berupaya menciptakan Sungai Bokong yang bersih. Sejak enam bulan lalu, mereka bekerja keras membersihkan sungai dan membongkar WC yang banyak berdiri di atas sungai.
Setelah Sungai Bokong tersebut bersih, warga dari dua kelurahan di Kota Mojokerto, yakni Kelurahan Sinoman, dan Kelurahan Kranggan, memanfaatkan aliran Sungai Bokong , untuk budi daya ikan.
Bagian hulu dan hilir Sungai Bokong , dipasang jaring kawat agar ikan tidak hanyut. Lalu warga melepaskan berbagai jenis ikan ke aliran Sungai Bokong . Di antaranya Nila, Mujair, Gurami, Tombro, Lele, dan Bawal. Setiap minggu, warga juga rutin membersihkan sampah.
Di aliran Sungai Bokong sepanjang tiga kilometer tersebut, kini sudah terdapat 15 keramba ikan milik warga. Ikan-ikan tersebut tumbuh dengan sehat dan cepat besar, warga pun siap untuk memanennya. (Baca juga: Cabup Cawabup Lamongan Suhandoyo-Astried Janji Dirikan Bengkel Becak Gratis )
Menurut Ketua RW, Ahmad awalnya Sungai Bokong memang sangat kumuh, setelah itu ada sejumlah warga RT yang memiliki kesadaran untuk membersihkannya, dan akhirnya menular ke warga di RT lainnya. "Sekarang kondisinya bersih dan kami bisa memelihara ikan," tuturnya.
Sementara, untuk pemanfaatan lahan konsong banyak dilakukan oleh ibu-ibu kampung tersebut, dengan menanam sawi, tomat, terong, hingga pokcoy atau dikenal sawi daging. Perawatan tanaman dilakukan secara bergantian oleh para ibu-ibu setiap pagi dan sore.
Meski berada di lahan sempit, seluruh tanaman sayuran milik warga Kelurahan Sinoman ditanam dengan sistem organik dengan memanfaatkan pupuk organik dari tempat pembuangan akhir sampah milik Pemkot Mojokerto .
Sejak bertani awal tahun lalu, ibu-ibu ini telah melakukan panen sebanyak tiga kali. Untuk menjual hasil pertanian tersebut, warga menitipkannya di e-warung bekerja sama dengan Dinas Sosial Kota Mojokerto Jika warga setempat menginginkan sayuran tersebut, bisa langsung memetik dari lahan dengan harga yang cukup terjangkau.
Salah satu ibu perawat sayuran, Indri Suhermin mengungkapkan, awalnya ada lahan kosong yang sangat rimbun, akhirnya ibu-ibu berinisiatif untuk mengelolanya menjadi lahan pertanian organik. (Baca juga: Anggotanya Keroyok TNI, Ketua MPC PP Sumedang Tolak Sebut Identitas )
"Kami dengan guyup rukun memelihara sayuran organik ini, sehingga bermanfaat bagi warga. Perawatannya dilakukan secara bergantian. Hasilnya dititipkan ke e-warung, dan ada juga yang langsung dibeli warga yang membutuhkan," tuturnya.
Berkat kepedulian warga, kini Sungai Bokong menjadi bersih dan dimanfaatkan untuk budidaya ikan yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Selain memanfaatkan sungai, warga juga memanfaatkan lahan kosong dan rimbuan di tengah kota untuk ditanami berbagai sayuran organik.
Selain mampu memberikan pendapatan ekonomi bagi warga kampung, pemanfaatan aliran Sungai Bokong dan lahan kosong tersebut juga menjadi salah satu upaya menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19.
Sungai Bokong , merupakan anak Sungai Brangkal, yang melintas dari Kabupaten Mojokerto , ke Kota Mojokerto . Sungai Bokong , melintas di wilayah Kelurahan Sinoman, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto . (Baca juga: Tasikmalaya Gempar, Wanita Cantik Bercelana Seksi Tergeletak di Tepi Jalan )
Sebutan Sungai Bokong dialamatkan di aliran anak sungai ini, karena selama ini dikenal sangat kumuh dan digunakan oleh warga untuk buang hajat. Tak jarang, pengguna jalan yang melintas juga melemparkan sampah begitu saja ke sungai ini.
Warga yang tak ingin kondisi ini terus berlarut-larut, akhirnya berupaya menciptakan Sungai Bokong yang bersih. Sejak enam bulan lalu, mereka bekerja keras membersihkan sungai dan membongkar WC yang banyak berdiri di atas sungai.
Setelah Sungai Bokong tersebut bersih, warga dari dua kelurahan di Kota Mojokerto, yakni Kelurahan Sinoman, dan Kelurahan Kranggan, memanfaatkan aliran Sungai Bokong , untuk budi daya ikan.
Bagian hulu dan hilir Sungai Bokong , dipasang jaring kawat agar ikan tidak hanyut. Lalu warga melepaskan berbagai jenis ikan ke aliran Sungai Bokong . Di antaranya Nila, Mujair, Gurami, Tombro, Lele, dan Bawal. Setiap minggu, warga juga rutin membersihkan sampah.
Di aliran Sungai Bokong sepanjang tiga kilometer tersebut, kini sudah terdapat 15 keramba ikan milik warga. Ikan-ikan tersebut tumbuh dengan sehat dan cepat besar, warga pun siap untuk memanennya. (Baca juga: Cabup Cawabup Lamongan Suhandoyo-Astried Janji Dirikan Bengkel Becak Gratis )
Menurut Ketua RW, Ahmad awalnya Sungai Bokong memang sangat kumuh, setelah itu ada sejumlah warga RT yang memiliki kesadaran untuk membersihkannya, dan akhirnya menular ke warga di RT lainnya. "Sekarang kondisinya bersih dan kami bisa memelihara ikan," tuturnya.
Sementara, untuk pemanfaatan lahan konsong banyak dilakukan oleh ibu-ibu kampung tersebut, dengan menanam sawi, tomat, terong, hingga pokcoy atau dikenal sawi daging. Perawatan tanaman dilakukan secara bergantian oleh para ibu-ibu setiap pagi dan sore.
Meski berada di lahan sempit, seluruh tanaman sayuran milik warga Kelurahan Sinoman ditanam dengan sistem organik dengan memanfaatkan pupuk organik dari tempat pembuangan akhir sampah milik Pemkot Mojokerto .
Sejak bertani awal tahun lalu, ibu-ibu ini telah melakukan panen sebanyak tiga kali. Untuk menjual hasil pertanian tersebut, warga menitipkannya di e-warung bekerja sama dengan Dinas Sosial Kota Mojokerto Jika warga setempat menginginkan sayuran tersebut, bisa langsung memetik dari lahan dengan harga yang cukup terjangkau.
Salah satu ibu perawat sayuran, Indri Suhermin mengungkapkan, awalnya ada lahan kosong yang sangat rimbun, akhirnya ibu-ibu berinisiatif untuk mengelolanya menjadi lahan pertanian organik. (Baca juga: Anggotanya Keroyok TNI, Ketua MPC PP Sumedang Tolak Sebut Identitas )
"Kami dengan guyup rukun memelihara sayuran organik ini, sehingga bermanfaat bagi warga. Perawatannya dilakukan secara bergantian. Hasilnya dititipkan ke e-warung, dan ada juga yang langsung dibeli warga yang membutuhkan," tuturnya.
(eyt)