Lampu Suar dan Jangkar Kapal, Jejak Dahsyatnya Letusan Krakatau di Bandar Lampung

Minggu, 20 September 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Namun demikian, pada saat aktivitas pada level tinggi, stasiun di Pulau Sertung akan mengambil alih karena pada saat aktivitas tinggi, amplitudo kegempaan cukup besar sehingga tercatat di Pulau Sertung dengan jelas.

Hasil Pengamatan Seismik dan Visual Gunung Anak Krakatau periode aktivitas 2018:

Juni 2018: Kegempaan dicirikan dengan munculnya gempa-gempa vulkanik dalam dan dangkal

Juli 2018: Diawali dengan embusan-embusan asap dari kawah, kemudian diikuti dengan seri letusan-letusan.

Agustus 2018: Aktivitas letusan terus berlangsung dengan jumlah letusan bervariasi dari seratus sampai 400 per hari.

September 2018: Puncak letusan dengan amplitudo sinyal gempa maksimal dan dengan letusan terus menerus.

Oktober-November 2018: Fase aktivitas menurun yang ditunjukkan dengan jumlah letusan berkurang.

22 Desember pukul 20.56 WIB: Rekaman menunjukkan gempa pukul 20.55 WIB. Gempa ini juga tercatat di stasiun seismik Gunung Gede Cianjur. Karena tercatat sampai Gunung Gede, dapat disimpulkan bahwa gempa ini bukan gempa permukaan.

22 Desember pukul 20.58 WIB: Tercatat sinyal-sinyal guguran mulai pukul 20.58 WIB. Ada kemungkinan longsor terjadi karena dipicu gempabumi.

22 Desember pukul 21.03 WIB: Stasiun seismik Gunung Anak Krakatau mati. Diperkirakan tertimpa letusan.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7192 seconds (0.1#10.140)