Lampu Suar dan Jangkar Kapal, Jejak Dahsyatnya Letusan Krakatau di Bandar Lampung

Minggu, 20 September 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Terlihat gambar masyarakat kala itu berbondong-bondong mengungsi dengan membawa barang-barang yang diletakkan di atas kepala. Kemudian, ada juga gambar relief Krakatau meletus dan kehidupan masyarakat di pesisir pantai.

Jarak laut dengan lokasi ini cukup jauh, sekitar 45 kilometer lebih dari Gunung Krakatau di Selat Sunda. Taman Dipangga tempat monumen mercusuar itu pun berada di dataran tinggi. Ini membuktikan dahsyatnya letusan dan tsunami Krakatau pada 1883.

Selain di Kampung Upas, terdapat pula rambu laut yang terlempar hingga Kampung Talang, Kecamatan Telukbetung Selatan. Kemudian jangkar dan lampu suar yang kini disimpan di Museum Negeri Lampung, Jalan ZA Pagar Alam.

Dulu juga ada kapal dagang Belanda, berukuran panjang 20-an meter yang terdampar sampai Sumur Putri, 2 kilometer dari bibir pantai di Gudang Agen. Namun kapal tersebut kini sudah tidak ada karena material kapal, seperti besi dan kayu dimanfaatkan masyarakat untuk dijual.

Letusannya Membelah Jawa dan Sumatera
Volkanolog ITB Dr Eng Mirzam Abdurrachman ST MT mengatakan, Gunung Krakatau yang berada di tengah-tengah Selat Sunda merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia. Leluhur Gunung tersebut sering disebut sebagai Proto Krakatau atau Krakatau Purba.

Dr Mirzam mengatakan, pada era kegelapan berkisar 600.000 tahun lampau, menurut hipotesis beberapa ilmuwan, terjadi letusan gunung api pada daerah ekuator bumi sekitar 100.000 tahun silam dengan 27 titik di antaranya berada di Indonesia.

"Letusan yang terjadi pada Proto Krakatau diprediksi menghasilkan kaldera dan membelah Pulau Jawa dan Sumatera," kata Mirzam dalam Geoseminar 2020 yang digelar Pusat Survei Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara daring bertema “Gunung Api (Past, Present & Future)", beberapa waktu lalu.

Dalam presentasi berjudul, “Dinasti Krakatau: Era Kegelapan, Hindia Belanda, dan Indonesia”, Dr Mirzam mengemukakan, para masa Hindia Belanda mulai dilakukan penyusunan peta topografi dan vulkanologi yang dibuat oleh Junghuhn selama dua periode hingga 1855.

Lampu Suar dan Jangkar Kapal, Jejak Dahsyatnya Letusan Krakatau di Bandar Lampung

Gambarhitam putih yang dilukis pada zaman kolonial Belanda menggambarkan dahsyatnya Gunung Krakatau. Foto/Juanesi.info

Dr Mirzam mengatakan, letusan Gunung Krakatau pada 26 Agustus 1883 menjadikan gugusan Gunung Krakatau yang semula mencakup wilayah cukup luas, terpecah-pecah menjadi beberapa pulau saat ini.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1636 seconds (0.1#10.140)