Lampu Suar dan Jangkar Kapal, Jejak Dahsyatnya Letusan Krakatau di Bandar Lampung
loading...
A
A
A
DIKISAHKAN, letusan Gunung Krakatau di Selata Sunda pada 26 Agustus 1883 sangat dahsyat. Abu vulkanik yang membumbung tinggi ke angkasa, konon mencapai London, ibukota Inggris.
Bahkan, letusan Krakatau menimbulkan tsunami setinggi 2 meter. Sejumlah literatur menyebutkan, akibat letusan Gunung Krakatau yang disusul bencana tsunami itu menyebabkan puluhan ribu, bahkan ada yang memperkirakan ratusan ribu warga Banten dan Lampung , kehilangan nyawa. (BACA JUGA: Protes Buka Tutup Jalan, Pedagang Pasar Baru Botram di Tengah Jalan Ottista )
Permukiman penduduk di dua provinsi tersebut pun, terutama yang berada di tepi pantai, habis tersapu oleh tsunami. Bencana alam dahsyat ini membuat Hindia Belanda (Indonesia kala itu) dan dunia berkabung. (BACA JUGA: Tiga Peserta Tes SKB CPNS KBB Reaktif COVID-19, Terpaksa Ujian Terpisah )
Letusan Gunung Krakatu pada 1883 bukanlah yang pertama. Gunung berapi ini pernah meletus pada 1680, namun hanya menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada 1880, Gunung Perbuwatan, gunung api di sebelah Krakatau aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus.
Setelah itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Puncaknya terjadi pada 26 Agustus 1883, Krakatau meletus, mengempaskan semua energi dan material yang dikandungnya.
Jejak dahsyatanya letusan Gunung Krakatau dibuktikan dengan benda-benda laut yang terlempar sangat jauh hingga ke tengah-tengah kawasan permukiman penduduk di Telukbetung, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. (BACA JUGA: Merasa Dikhianati, Istri Sah Bakal Calon Bupati Teluk Bintuni Lapor ke KPU )
Benda-benda berupa rambu laut dan lampu mercusuar yang semula berada di tepi pantai tersebut terlempar jauh ke tengah kota. Salah satu lampu suar yang diempaskan oleh dahsyatnya letusan Krakatau ditemukan di Kampung Upas, Teluk Betung.
Rambu laut itu semula berada di Pelabuhan Gudang Agen yang berjarak sekitar 1,2 kilometer dari Kampung Upas. Untuk mengingat peristiwa dahsyat itu, pemerintah kolonial Belanda mendirikan Monumen Krakatau dengan ornamen utama rambut laut tersebut pada sekitar 1884-1885.
Monumen ini berada di tengah-tengah Taman Dipangga, Jalan WR Supratman, Telukbetung Selatan, Kota Bandar Lampung, tepat di depan Mapolda Lampung. Di bagian sisi monumen berhiaskan relief yang menceritakan peristiwa dahsyat lebih dari satu setengah abad lampau tersebut.
Lampu suar dan jangkar kapal. Dua benda jejak dahsyatnya letusan Kratakau pada 1883 ini tersimpan di Museum Nagari Lampung. Foto/Disbudpar Lampung
Bahkan, letusan Krakatau menimbulkan tsunami setinggi 2 meter. Sejumlah literatur menyebutkan, akibat letusan Gunung Krakatau yang disusul bencana tsunami itu menyebabkan puluhan ribu, bahkan ada yang memperkirakan ratusan ribu warga Banten dan Lampung , kehilangan nyawa. (BACA JUGA: Protes Buka Tutup Jalan, Pedagang Pasar Baru Botram di Tengah Jalan Ottista )
Permukiman penduduk di dua provinsi tersebut pun, terutama yang berada di tepi pantai, habis tersapu oleh tsunami. Bencana alam dahsyat ini membuat Hindia Belanda (Indonesia kala itu) dan dunia berkabung. (BACA JUGA: Tiga Peserta Tes SKB CPNS KBB Reaktif COVID-19, Terpaksa Ujian Terpisah )
Letusan Gunung Krakatu pada 1883 bukanlah yang pertama. Gunung berapi ini pernah meletus pada 1680, namun hanya menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada 1880, Gunung Perbuwatan, gunung api di sebelah Krakatau aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus.
Setelah itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Puncaknya terjadi pada 26 Agustus 1883, Krakatau meletus, mengempaskan semua energi dan material yang dikandungnya.
Jejak dahsyatanya letusan Gunung Krakatau dibuktikan dengan benda-benda laut yang terlempar sangat jauh hingga ke tengah-tengah kawasan permukiman penduduk di Telukbetung, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. (BACA JUGA: Merasa Dikhianati, Istri Sah Bakal Calon Bupati Teluk Bintuni Lapor ke KPU )
Benda-benda berupa rambu laut dan lampu mercusuar yang semula berada di tepi pantai tersebut terlempar jauh ke tengah kota. Salah satu lampu suar yang diempaskan oleh dahsyatnya letusan Krakatau ditemukan di Kampung Upas, Teluk Betung.
Rambu laut itu semula berada di Pelabuhan Gudang Agen yang berjarak sekitar 1,2 kilometer dari Kampung Upas. Untuk mengingat peristiwa dahsyat itu, pemerintah kolonial Belanda mendirikan Monumen Krakatau dengan ornamen utama rambut laut tersebut pada sekitar 1884-1885.
Monumen ini berada di tengah-tengah Taman Dipangga, Jalan WR Supratman, Telukbetung Selatan, Kota Bandar Lampung, tepat di depan Mapolda Lampung. Di bagian sisi monumen berhiaskan relief yang menceritakan peristiwa dahsyat lebih dari satu setengah abad lampau tersebut.
Lampu suar dan jangkar kapal. Dua benda jejak dahsyatnya letusan Kratakau pada 1883 ini tersimpan di Museum Nagari Lampung. Foto/Disbudpar Lampung