Patut Dicontoh, Warga Ini Swadaya Buat Sumur Bor Senilai Rp600 Juta
loading...
A
A
A
BANDUNG BARAT - Warga Kompleks Perumahan Batu Indah Regency, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) secara swadaya membuat sumur bor senilai Rp600 juta.
Gagasan tersebut muncul dikarenakan selama ini pasokan air dari PT Perdana Multiguna Sarana (PMgS) selaku Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemda KBB tidak berjalan lancar.
"Selama ini setiap musim kemarau warga di sini selalu krisis air, pasokan dari PT PMgS juga tidak lancar. Makanya muncul ide buat sumur swadaya warga dan terkumpul uang Rp600 juta," terang tokoh masyarakat Batu Indah Regency, Muhammad Zaini Dahlan, Selasa (15/9/2020).(Baca juga : Benteng Belanda Cikahuripan Saksi Bisu Masa Perjuangan di Bandung Utara )
Menurutnya, selama ini warga kompleks perumahan berlangganan air bersih ke PT PMgS. Hanya ketika musim kemarau pasokannya tidak lancar. Pernah suatu waktu air hanya seminggu sekali mengalir dan itupun hanya sejam dan malam hari. Setelah berembug, akhirnya sekitar 207 kepala keluarga (KK) sepakat iuran Rp3 juta untuk membangun sumur bor dan terkumpul Rp600 juta.
"Sekarang air mengalir 24 jam meski saat kemarau. Untuk pengelolaan ada pengurus, dan pendapatan dari pengelolaan air ini digunakan membangun fasilitas umum seperti taman bermain," imbuhnya.(Baca juga : Program Padat Karya, Kemenaker Libatkan Santri Ponpes Garap Lahan Tidur di KBB )
Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna yang berkesempatan meresmikan sumur bor swadaya, mengapresiasi apa yang telah dilakukan warga. Mengumpulkan uang swadaya senilai Rp600 juta apalagi di masa pandemi COVID-19 bukanlah hal yang mudah. Namun dengan kekompakan, gotong royong, dan demi satu tujuan yang sama akhirnya keinginan untuk membangun sumur bor swadaya bisa terealisasi.
Apalagi air dari sumur disalurkan ke sekitar 300 rumah yang berada di kompleks ini sesuai kesepakatan seluruh warga, pemakaiannya dikenakan tarif. Dalam sebulan terkumpul Rp30 juta dan uangnya dikelola oleh warga yang digunakan untuk kepentingan warga kembali. Itu belum tentu bisa dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sekalipun.
"Saya bangga dengan kekompakan warga di kompleks ini. Makanya ini bisa menjadi percontohan bagi kompleks lain untuk bisa mandiri. Inilah yang patut dicontoh, di tingkat RT saja mampu, mestinya BUMDes juga bisa," tegasnya.
Gagasan tersebut muncul dikarenakan selama ini pasokan air dari PT Perdana Multiguna Sarana (PMgS) selaku Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemda KBB tidak berjalan lancar.
"Selama ini setiap musim kemarau warga di sini selalu krisis air, pasokan dari PT PMgS juga tidak lancar. Makanya muncul ide buat sumur swadaya warga dan terkumpul uang Rp600 juta," terang tokoh masyarakat Batu Indah Regency, Muhammad Zaini Dahlan, Selasa (15/9/2020).(Baca juga : Benteng Belanda Cikahuripan Saksi Bisu Masa Perjuangan di Bandung Utara )
Menurutnya, selama ini warga kompleks perumahan berlangganan air bersih ke PT PMgS. Hanya ketika musim kemarau pasokannya tidak lancar. Pernah suatu waktu air hanya seminggu sekali mengalir dan itupun hanya sejam dan malam hari. Setelah berembug, akhirnya sekitar 207 kepala keluarga (KK) sepakat iuran Rp3 juta untuk membangun sumur bor dan terkumpul Rp600 juta.
"Sekarang air mengalir 24 jam meski saat kemarau. Untuk pengelolaan ada pengurus, dan pendapatan dari pengelolaan air ini digunakan membangun fasilitas umum seperti taman bermain," imbuhnya.(Baca juga : Program Padat Karya, Kemenaker Libatkan Santri Ponpes Garap Lahan Tidur di KBB )
Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna yang berkesempatan meresmikan sumur bor swadaya, mengapresiasi apa yang telah dilakukan warga. Mengumpulkan uang swadaya senilai Rp600 juta apalagi di masa pandemi COVID-19 bukanlah hal yang mudah. Namun dengan kekompakan, gotong royong, dan demi satu tujuan yang sama akhirnya keinginan untuk membangun sumur bor swadaya bisa terealisasi.
Apalagi air dari sumur disalurkan ke sekitar 300 rumah yang berada di kompleks ini sesuai kesepakatan seluruh warga, pemakaiannya dikenakan tarif. Dalam sebulan terkumpul Rp30 juta dan uangnya dikelola oleh warga yang digunakan untuk kepentingan warga kembali. Itu belum tentu bisa dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sekalipun.
"Saya bangga dengan kekompakan warga di kompleks ini. Makanya ini bisa menjadi percontohan bagi kompleks lain untuk bisa mandiri. Inilah yang patut dicontoh, di tingkat RT saja mampu, mestinya BUMDes juga bisa," tegasnya.
(nun)