Merajut Mimpi di Lubang Aron
loading...
A
A
A
"Program Kemitraan Pertamina dikhususkan bagi pelaku UMKM. Ini dalam rangka membantu pemerintah dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Ikut menggali potensi usaha yang lahir dari kearifan lokal, sehingga memberi dampak bagi ekonomi masyarakat," kata Eko.
Selain Kampoeng Rajout Binong Jati, sektor lainnya yang menjadi perhatian Program Kemitraan Pertamina adalah perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan usaha jasa lainnya.
Secara nasional, tercatat lebih dari 60.000 pelaku UMKM di Tanah Air yang telah menjadi mitra binaan Pertamina. Dana pinjaman modal usaha yang telah disalurkan Pertamina dari Sabang hingga Merauke tak kurang dari Rp3,3 triliun.
Ketua Kampoeng Rajoet Eka Rahmat Jaya, satu industri rumahan rajutan bisa mencatat transaksi Rp100 juta hingga Rp1 miliar per bulan. Cash flow sentra ini diperkirakan mencapai Rp800 juta per hari, dengan transaksi penjualan bulanan sekitar Rp20 miliar.
Perhitungan itu didasarkan pada keberadaan 4.000 tenaga kerja yang mampu menghasilkan 1 lusin produk rajutan seharga Rp200.000 perhari. "Contoh saja, transaksi toko bahan baku benang di kawasan ini bisa mencatat penjualan hingga Rp1,2 miliar perhari," jelas Eka.
Mimpi Menjadi Kampung Wisata dan Edukasi
Sekitar 60 tahun lalu, Kampoeng Rajoet Binong Jati dimulai oleh lima perajin, membuat rajutan dengan sistem maklun untuk pengusaha besar. Pada 1970-an, sekitar 10 kepala keluarga kemudian berinisiatif membeli mesin rajut berukuran kecil yang diikuti keluarga lainnya.
Sejak saat itu, usaha rumahan skala kecil terus bermunculan. Mereka tak lagi mengandalkan pemilik modal, tapi berinisiatif membuka usaha sendiri. Hasil rajutan dijual di sekitar Pasar Kiaracondong dan Pasar Baru Bandung. Pesanan pun bermunculan dari berbagai daerah, hingga eksistensinya diakui sebagai pusat rajutan di Indonesia.
Pemkot Bandung menjadikan kawasan Binong sebagai Sentra Rajut Binong Jati. Satu dari tujuh sentra ekonomi strategis di Kota Bandung selain Sentra Sepatu Cibaduyut, Sentra Boneka Kopo Sayati, dan lainnya.
Lokasi Kampoeng Rajoet Binong Jati cukup strategis, tak jauh dari pusat perbelanjaan modern Trans Studio Mall (TSM) di Jalan Gatot Subroto dan berjarak sekitar 2 km dari Alun-alun Bandung.
Ilustrasi Kampoeng Rajoet masa depan. Foto/Istimewa
Selain Kampoeng Rajout Binong Jati, sektor lainnya yang menjadi perhatian Program Kemitraan Pertamina adalah perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan usaha jasa lainnya.
Secara nasional, tercatat lebih dari 60.000 pelaku UMKM di Tanah Air yang telah menjadi mitra binaan Pertamina. Dana pinjaman modal usaha yang telah disalurkan Pertamina dari Sabang hingga Merauke tak kurang dari Rp3,3 triliun.
Ketua Kampoeng Rajoet Eka Rahmat Jaya, satu industri rumahan rajutan bisa mencatat transaksi Rp100 juta hingga Rp1 miliar per bulan. Cash flow sentra ini diperkirakan mencapai Rp800 juta per hari, dengan transaksi penjualan bulanan sekitar Rp20 miliar.
Perhitungan itu didasarkan pada keberadaan 4.000 tenaga kerja yang mampu menghasilkan 1 lusin produk rajutan seharga Rp200.000 perhari. "Contoh saja, transaksi toko bahan baku benang di kawasan ini bisa mencatat penjualan hingga Rp1,2 miliar perhari," jelas Eka.
Mimpi Menjadi Kampung Wisata dan Edukasi
Sekitar 60 tahun lalu, Kampoeng Rajoet Binong Jati dimulai oleh lima perajin, membuat rajutan dengan sistem maklun untuk pengusaha besar. Pada 1970-an, sekitar 10 kepala keluarga kemudian berinisiatif membeli mesin rajut berukuran kecil yang diikuti keluarga lainnya.
Sejak saat itu, usaha rumahan skala kecil terus bermunculan. Mereka tak lagi mengandalkan pemilik modal, tapi berinisiatif membuka usaha sendiri. Hasil rajutan dijual di sekitar Pasar Kiaracondong dan Pasar Baru Bandung. Pesanan pun bermunculan dari berbagai daerah, hingga eksistensinya diakui sebagai pusat rajutan di Indonesia.
Pemkot Bandung menjadikan kawasan Binong sebagai Sentra Rajut Binong Jati. Satu dari tujuh sentra ekonomi strategis di Kota Bandung selain Sentra Sepatu Cibaduyut, Sentra Boneka Kopo Sayati, dan lainnya.
Lokasi Kampoeng Rajoet Binong Jati cukup strategis, tak jauh dari pusat perbelanjaan modern Trans Studio Mall (TSM) di Jalan Gatot Subroto dan berjarak sekitar 2 km dari Alun-alun Bandung.
Ilustrasi Kampoeng Rajoet masa depan. Foto/Istimewa