Ra Tanca Satu-satunya Dharmaputra yang Selamat Setelah Mengkhianati Majapahit
loading...
A
A
A
Di istana Majapahit, Ra Tanca yang memiliki keahlian obat-obatan (Tabib) mampu bertahan dalam waktu lama.
"Pemberontakan Kuti dan peristiwa Tanca yang mengakibatkan wafatnya Raja Jayanegara berjarak sembilan tahun," tulis Slamet Muljana dalam "Menuju Puncak Kemegahan, Sejarah Kerajaan Majapahit".
Ra Tanca, seorang tabib istana, kembali mengabdi setelah pemberontakan Ra Kuti. Namun, dendam lama terhadap Jayanegara masih membara. Puncaknya terjadi saat penyakit bisul raja kambuh.
Ketika dipanggil untuk melakukan operasi, Ra Tanca melihat kesempatan. Pada pembedahan ketiga, ia tidak hanya mengiris bisul sang raja tetapi juga menikamkan belati ke tubuhnya. Jayanegara tewas seketika.
Namun, Ra Tanca tidak sempat menikmati keberhasilannya. Gajah Mada yang berada di tempat kejadian langsung bertindak dan menikam Ra Tanca hingga tewas di lokasi yang sama. Tragedi ini terjadi pada tahun Saka 1250 atau 1328 Masehi.
"Pemberontakan Kuti dan peristiwa Tanca yang mengakibatkan wafatnya Raja Jayanegara berjarak sembilan tahun," tulis Slamet Muljana dalam "Menuju Puncak Kemegahan, Sejarah Kerajaan Majapahit".
Dengan mangkatnya Jayanegara, Gajah Mada mengangkat Tribuwanatunggadewi sebagai pemimpin Majapahit.
Langkah ini mendapat dukungan luas karena mengembalikan kekuasaan kepada keturunan langsung Kertanegara. Kelak, dari garis ini lahir Hayam Wuruk, raja yang membawa Majapahit ke puncak kejayaannya.
Pembunuhan Ra Tanca juga memperkuat posisi Gajah Mada di mata rakyat dan elite Majapahit. Ia dianggap sebagai tokoh yang mengoreksi ketidakadilan dan menegakkan hak keturunan Singasari, sekaligus menghapus jejak pengaruh Dara Petak dari kerajaan.
Ra Tanca, jadi satu-satunya Dharmaputra yang selamat dari penumpasan terhadap Dharmaputra yang berkhianat. Namun menemui ajal di tangan Gajah Mada, sebuah pengkhianatan yang berujung pada akhir yang tragis.
"Pemberontakan Kuti dan peristiwa Tanca yang mengakibatkan wafatnya Raja Jayanegara berjarak sembilan tahun," tulis Slamet Muljana dalam "Menuju Puncak Kemegahan, Sejarah Kerajaan Majapahit".
Ra Tanca, seorang tabib istana, kembali mengabdi setelah pemberontakan Ra Kuti. Namun, dendam lama terhadap Jayanegara masih membara. Puncaknya terjadi saat penyakit bisul raja kambuh.
Ketika dipanggil untuk melakukan operasi, Ra Tanca melihat kesempatan. Pada pembedahan ketiga, ia tidak hanya mengiris bisul sang raja tetapi juga menikamkan belati ke tubuhnya. Jayanegara tewas seketika.
Namun, Ra Tanca tidak sempat menikmati keberhasilannya. Gajah Mada yang berada di tempat kejadian langsung bertindak dan menikam Ra Tanca hingga tewas di lokasi yang sama. Tragedi ini terjadi pada tahun Saka 1250 atau 1328 Masehi.
"Pemberontakan Kuti dan peristiwa Tanca yang mengakibatkan wafatnya Raja Jayanegara berjarak sembilan tahun," tulis Slamet Muljana dalam "Menuju Puncak Kemegahan, Sejarah Kerajaan Majapahit".
Awal Kebangkitan Trah Kertanegara
Dengan mangkatnya Jayanegara, Gajah Mada mengangkat Tribuwanatunggadewi sebagai pemimpin Majapahit.
Langkah ini mendapat dukungan luas karena mengembalikan kekuasaan kepada keturunan langsung Kertanegara. Kelak, dari garis ini lahir Hayam Wuruk, raja yang membawa Majapahit ke puncak kejayaannya.
Pembunuhan Ra Tanca juga memperkuat posisi Gajah Mada di mata rakyat dan elite Majapahit. Ia dianggap sebagai tokoh yang mengoreksi ketidakadilan dan menegakkan hak keturunan Singasari, sekaligus menghapus jejak pengaruh Dara Petak dari kerajaan.
Ra Tanca, jadi satu-satunya Dharmaputra yang selamat dari penumpasan terhadap Dharmaputra yang berkhianat. Namun menemui ajal di tangan Gajah Mada, sebuah pengkhianatan yang berujung pada akhir yang tragis.