Kisah Pilu Bapak Intelijen Indonesia hingga Memendam Dendam ke Penguasa di Akhir Hayat

Sabtu, 15 Februari 2025 - 09:10 WIB
loading...
A A A
Itulah kenapa Lubis tak mau membantu anaknya mendapatkan pekerjaan. Terlebih di instansi pemerintah, sipil maupun militer. "You nggak akan kuat. Nggak kuat mental you makan duit korupsi."

Lubis tahu benar bahaya korupsi. Dia getol memerangi korupsi pada pertengahan 1950-an. Meski memiliki perusahaan, dia juga tak mau memasukkan anak-anaknya. "Tidak ada model relasi. Mereka harus bisa berdiri sendiri," ujar Lubis.

Di rumahnya di Jalan Semboja, Lubis sesekali kedatangan sejawatnya, seperti Kemal Idris, Ventje Sumual, Ali Sadikin, dan Ali Moertopo. Wartawan senior Mochtar Lubis, yang getol menyuarakan pemberantasan korupsi, juga kerap datang.

Lubis akan mengisi waktu dengan membaca dan menonton sepak bola di televisi jika tak ada tamu. Furqan Lubis ingat betul masa ketika screening yang dijalankan Pemerintah Orde Baru menghentikan jalannya menjadi dosen.

Dia tak tahu apa yang membuatnya tak lulus. Alih-alih memberi tahu, si petugas malah berpesan: "Kamu jangan mencontoh orangtuamu, ya."

Penasaran, Furqan menceritakan pengalaman itu kepada ayahnya. Zulkifli menjawab singkat: "Itu kan orang yang tidak mengerti perjuangan."

Lubis tak pernah menceritakan kiprahnya dalam politik dan militer kepada anak-anaknya. Meski punya peran penting di kancah politik nasional pada 1950-an, dia menutupinya rapat-rapat.

Baginya, pekerjaan dan keluarga adalah dua hal yang terpisah. Anak-anaknya pun akhirnya tak ambil pusing. "Justru yang lebih tahu orang lain daripada anaknya sendiri," kata Furqan.

Sekalipun keras, Lubis pantang menggunakan kekerasan. Bila mendapati anaknya berkelahi, dia hanya menasihati. "Kalau kita berantem, jangan lawan yang kecil dari kamu. Yang lebih besar dari kamu! Seperti Ayah. Ayah lawan Soekarno kalau tidak benar."

Lubis menekankan pentingnya kejujuran dan rendah hati. Satu pesan yang tak pernah dia lewatkan: jangan pernah meninggalkan salat. Menurut Lubis, filsafat hidupnya hanya dua: berpegang teguh pada yang benar dan mengamalkannya serta berbuat baik sebanyak mungkin kepada orang lain.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3025 seconds (0.1#10.24)