Geger, 233 Ijazah Alumni Stikom Bandung Periode 2018-2023 Dibatalkan, Ini Penyebabnya
loading...
A
A
A
Dedy menyatakan, Stikom Bandung bukan hanya membatalkan ijazah alumni periode 2018-2023, tetapi juga meminta ijazah tersebut dikembalikan untuk digantikan dengan ijazah baru.
"Ijazah baru akan diterbitkan Stikom Bandung jika alumni mengembalikan ijasahnya dan bersedia memperbaiki kekeliruan prosedur akademik tersebut," ujar Dedy.
Ketua Stikom Bandung menuturkan, penarikan ijazah dan pembatalan kelulusan para alumni, sudah disosialisasikan sejak 16, 18, dan 25 Desember 2024 melalui tatap muka dan zoom.
"Para alumni yang hendak memperbaiki jumlah SKS yang masih kurang dari 144, dipersilakan mengikuti sisa SKS kekurangannya. Jika mereka harus kuliah lagi, tentu tidak harus membayar biaya perkuliahan. Yayasan Nurani Bangsa Bandung akan menjamin kemudahan mereka," tuturnya.
Dedy tidak menampik terdapat kesalahan dalam pengelolaan di Stikom Bandung. Salah satunya dugaan jual beli nilai. "Iya betul ada kekhilafan kami, tapi ada kontribusi dari mahasiswa juga," ucap Dedy.
Sampai saat ini, ujar Dedy, dari 233 ijazah yang dibatalkan, sebanyak 19 alumni telah menyerahkan ijazah secara sukarela ke Stikom Bandung. Sedangkan 76 ijazah lulusan periode 2018-2023, masih disimpan oleh Stikom Bandung. "Jadi total yang ada pada kami 95 ijazah atau 45 persen dari total 233," ujarnya.
Keputusan Dedy menuai polemik dari para lulusannya termasuk para mahasiswa aktif. Alumni Stikom Bandung yang masuk dalam daftar nama 233 alumni yang dibatalkan kelulusannya mengatakan, mendapat pemberitahuan pembatalan dan penarikan ijazah.
Pihak kampus beralasan karena ada perbedaan nilai antara data di Stikom Bandung dengan PDDIKTI.
"Dampaknya, Stikom mengeluarkan pernyataan ijazah saya dibatalkan. Tentu pembatalan ini mengganggu jenjang karier dan pendidikan saya. Apabila ijazah S1 saya dibatalkan, otomatis ijazah S2 saya juga akan dibatalkan. Pembatalan ijazah S1 saya ini akan mempersulit saya ketika ingin mencari kerja di tempat lain," kata alumni yang enggan disebutkan namanya itu.
Dia berharap Stikom Bandung dapat menyelesaikan permasalahan ini sesegera mungkin. Dia juga berharap gelar Sarjana Ilmu Komunikasi dapat dipertahankan tanpa harus kembali mengulang perkuliahan.
"Ijazah baru akan diterbitkan Stikom Bandung jika alumni mengembalikan ijasahnya dan bersedia memperbaiki kekeliruan prosedur akademik tersebut," ujar Dedy.
Ketua Stikom Bandung menuturkan, penarikan ijazah dan pembatalan kelulusan para alumni, sudah disosialisasikan sejak 16, 18, dan 25 Desember 2024 melalui tatap muka dan zoom.
"Para alumni yang hendak memperbaiki jumlah SKS yang masih kurang dari 144, dipersilakan mengikuti sisa SKS kekurangannya. Jika mereka harus kuliah lagi, tentu tidak harus membayar biaya perkuliahan. Yayasan Nurani Bangsa Bandung akan menjamin kemudahan mereka," tuturnya.
Dedy tidak menampik terdapat kesalahan dalam pengelolaan di Stikom Bandung. Salah satunya dugaan jual beli nilai. "Iya betul ada kekhilafan kami, tapi ada kontribusi dari mahasiswa juga," ucap Dedy.
Sampai saat ini, ujar Dedy, dari 233 ijazah yang dibatalkan, sebanyak 19 alumni telah menyerahkan ijazah secara sukarela ke Stikom Bandung. Sedangkan 76 ijazah lulusan periode 2018-2023, masih disimpan oleh Stikom Bandung. "Jadi total yang ada pada kami 95 ijazah atau 45 persen dari total 233," ujarnya.
Keputusan Dedy menuai polemik dari para lulusannya termasuk para mahasiswa aktif. Alumni Stikom Bandung yang masuk dalam daftar nama 233 alumni yang dibatalkan kelulusannya mengatakan, mendapat pemberitahuan pembatalan dan penarikan ijazah.
Pihak kampus beralasan karena ada perbedaan nilai antara data di Stikom Bandung dengan PDDIKTI.
"Dampaknya, Stikom mengeluarkan pernyataan ijazah saya dibatalkan. Tentu pembatalan ini mengganggu jenjang karier dan pendidikan saya. Apabila ijazah S1 saya dibatalkan, otomatis ijazah S2 saya juga akan dibatalkan. Pembatalan ijazah S1 saya ini akan mempersulit saya ketika ingin mencari kerja di tempat lain," kata alumni yang enggan disebutkan namanya itu.
Dia berharap Stikom Bandung dapat menyelesaikan permasalahan ini sesegera mungkin. Dia juga berharap gelar Sarjana Ilmu Komunikasi dapat dipertahankan tanpa harus kembali mengulang perkuliahan.