Kisah Bung Karno Dipecat Belanda usai Mengajar Tentang Imperialisme
loading...
A
A
A
KISAH Soekarno atau Bung Karno dipecat Belanda usai mengajar tentang imperialisme diulas dalam artikel ini. Peristiwa ini terjadi setelah Bung Karno mendapat gelar insinyur pada 1926.
Usai menerima gelar insinyur, dia mendaftarkan diri menjadi guru di Ksatrian Instituut. Adapun sekolah tersebut didirikan pada 1924 oleh rekannya, Ernest Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi.
Ketika itu, tenaga pengajar di bidang ilmu pasti dan sejarah sedang dibutuhkan sekolah tersebut. Dilansir dari laman resmi PDI Perjuangan Jawa Timur, Bung Karno percaya diri.
Di sana, Bung Karno tidak hanya menghasilkan pundi-pundi pendapatan tambahan, tapi juga bisa mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Perlu diketahui, untuk mendapat kepercayaan Douwes Dekker merupakan hal sulit.
Bung Karno sempat ditanya Douwes Dekker mengenai kebolehannya dalam bidang ilmu pasti. Dia pun berusaha meyakinkan Douwes Dekker, termasuk berdalih tentang keadaan ekonomi keluarganya yang menipis ketika itu hingga diterima.
Setelah diterima, Bung Karno muda mengajar siswa yang berasal dari kaum bumiputra, China, dan Indo Belanda di sana. Bahkan, ada putra H.O.S Tjokroaminoto, Anwar Tjokroaminoto di sana.
Pelajaran sejarah bukanlah sebuah halangan bagi Soekarno. Dia hanya menggunakan kemampuan orasi yang meledak-ledak, tanpa teknik pengajaran formal. Bung Karno bagaikan menelurkan perkembangan dalam dunia pendidikan era Belanda.
Dalam pengajarannya, dia memberikan pengertian penuh sejarah dengan analisis politik. Bung Karno tidak ingin anak didiknya sibuk belajar sejarah hanya dengan hafal tempat, nama, atau tahun. Saat itu, suasana kelas pun menjadi hidup.
Usai menerima gelar insinyur, dia mendaftarkan diri menjadi guru di Ksatrian Instituut. Adapun sekolah tersebut didirikan pada 1924 oleh rekannya, Ernest Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi.
Ketika itu, tenaga pengajar di bidang ilmu pasti dan sejarah sedang dibutuhkan sekolah tersebut. Dilansir dari laman resmi PDI Perjuangan Jawa Timur, Bung Karno percaya diri.
Di sana, Bung Karno tidak hanya menghasilkan pundi-pundi pendapatan tambahan, tapi juga bisa mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Perlu diketahui, untuk mendapat kepercayaan Douwes Dekker merupakan hal sulit.
Bung Karno sempat ditanya Douwes Dekker mengenai kebolehannya dalam bidang ilmu pasti. Dia pun berusaha meyakinkan Douwes Dekker, termasuk berdalih tentang keadaan ekonomi keluarganya yang menipis ketika itu hingga diterima.
Setelah diterima, Bung Karno muda mengajar siswa yang berasal dari kaum bumiputra, China, dan Indo Belanda di sana. Bahkan, ada putra H.O.S Tjokroaminoto, Anwar Tjokroaminoto di sana.
Pelajaran sejarah bukanlah sebuah halangan bagi Soekarno. Dia hanya menggunakan kemampuan orasi yang meledak-ledak, tanpa teknik pengajaran formal. Bung Karno bagaikan menelurkan perkembangan dalam dunia pendidikan era Belanda.
Dalam pengajarannya, dia memberikan pengertian penuh sejarah dengan analisis politik. Bung Karno tidak ingin anak didiknya sibuk belajar sejarah hanya dengan hafal tempat, nama, atau tahun. Saat itu, suasana kelas pun menjadi hidup.