Larung Sesaji Berharap Hasil Melimpah, Nelayan Gelar Sadran
loading...
A
A
A
KENDAL - Berharap hasil tangkapan laut setahun ke depan melimpah, nelayan Kelurahan Karangsari, Kecamatan Kota Kendal , Jawa Tengah, Sabtu (29/8/2020) siang, menggelar tradisi sedekah laut.
Dalam tradisi ini, nelayan melarung kepala kambing yang ditaruh dalam wadah berbentuk kapal nelayan. Selain kepala kambing, ikut dilarung dalam tradisi ini jajanan pasar dan hasil bumi lainnya. (Baca juga: Pekan Kebudayaan Daerah Pidie Jaya Tampilkan Berbagai Lomba Permainan Tradisional )
Nelayan juga menyantap makanan yang sudah dibawa di tengah laut sebagai bentuk rasa syukur masih diberi rejeki. (Baca juga: Pemdes di Kendal Edukasi Warga Taat Protokol Kesehatan lewat Lomba )
Miniatur kapal nelayan disiapkan nelayan Kelurahan Karangsari, Kota Kendal, Jawa Tengah, untuk dilarung ke laut. Tidak hanya itu, aneka jajanan pasar dan makanan disiapkan untuk dibawa ke tengah laut dan disantap bersama-sama dengan warga yang mengarak sasaji.
Tradisi sedekah laut atau Sadran digelar tiap tahun, sebagai bentuk syukur nelayan setempat atas limpahan hasil tangkapan setahun terakhir.
Miniatur kapal yang akan dilarung dihias kertas warna warni dan berisi jajajan pasar, hasil bumi dan kepala kambing. Semua sesaji ini nantinya akan dibawa kapal nelayan setempat, ke tengah laut jawa tempat nelayan kerap mencari ikan sebagai mata pencahariannya.
Tradisi ini dilakukan tiap tahun pada bulan Suro atau Muharram, sebelumnya sesaji dan tokoh masyarakat kumpul di tempat pelelangan ikan untuk berdoa.
Menurut nelayan setempat, Waluyo, tadisi ini selain melestarikan budaya juga sebagai bentuk rasa syukur para nelayan. Makna sesaji yang akan dilarung berupa kepala kambing, memberikan makan ikan-ikan, sebab selama ini para nelayan mata pencaharianya mencari ikan.
“Sesaji yang dilarung bukan berarti kita memberikan persembahan kepada selain Tuhan yang Maha Esa tapi bentuk syukur sudah memberikan tangkapan ikan yang melimpah dan membuktikan warga makmur dan tetap guyub rukun,” kata Waluyo.
Sementara itu, tokoh masyarakat Kendal, KH Ali Nurudin mengatakan, tradisi ini sudah turun temurun. Selain untulk melestarikan budaya, juga sebagai bentuk syukur pada Tuhan yang Maha Esa, dengan cara sedekah laut.
Dia mengapresiasi kepada masyarakat setempat, yang masih memelihara tradisi dari para leluhur. Menurut dia, Nyadran merupakan bentuk kearifan masyarakat lokal dalam menjaga kelestarian alam. Dengan nyadran ini mengandung maksud, nelayan yang dalam mencari nafkah di laut, menghargai alam dan lingkungan.
Miniatur kapal dengan sesaji dilarung nelayan di tengah laut, sedangkan warga dan nelayan lain yang ikut arak-arakan hanya sampai di pesisir laut. Kemudian menikmati makanan yang sudah dibawa dari rumah.
Dalam tradisi ini, nelayan melarung kepala kambing yang ditaruh dalam wadah berbentuk kapal nelayan. Selain kepala kambing, ikut dilarung dalam tradisi ini jajanan pasar dan hasil bumi lainnya. (Baca juga: Pekan Kebudayaan Daerah Pidie Jaya Tampilkan Berbagai Lomba Permainan Tradisional )
Nelayan juga menyantap makanan yang sudah dibawa di tengah laut sebagai bentuk rasa syukur masih diberi rejeki. (Baca juga: Pemdes di Kendal Edukasi Warga Taat Protokol Kesehatan lewat Lomba )
Miniatur kapal nelayan disiapkan nelayan Kelurahan Karangsari, Kota Kendal, Jawa Tengah, untuk dilarung ke laut. Tidak hanya itu, aneka jajanan pasar dan makanan disiapkan untuk dibawa ke tengah laut dan disantap bersama-sama dengan warga yang mengarak sasaji.
Tradisi sedekah laut atau Sadran digelar tiap tahun, sebagai bentuk syukur nelayan setempat atas limpahan hasil tangkapan setahun terakhir.
Miniatur kapal yang akan dilarung dihias kertas warna warni dan berisi jajajan pasar, hasil bumi dan kepala kambing. Semua sesaji ini nantinya akan dibawa kapal nelayan setempat, ke tengah laut jawa tempat nelayan kerap mencari ikan sebagai mata pencahariannya.
Tradisi ini dilakukan tiap tahun pada bulan Suro atau Muharram, sebelumnya sesaji dan tokoh masyarakat kumpul di tempat pelelangan ikan untuk berdoa.
Menurut nelayan setempat, Waluyo, tadisi ini selain melestarikan budaya juga sebagai bentuk rasa syukur para nelayan. Makna sesaji yang akan dilarung berupa kepala kambing, memberikan makan ikan-ikan, sebab selama ini para nelayan mata pencaharianya mencari ikan.
“Sesaji yang dilarung bukan berarti kita memberikan persembahan kepada selain Tuhan yang Maha Esa tapi bentuk syukur sudah memberikan tangkapan ikan yang melimpah dan membuktikan warga makmur dan tetap guyub rukun,” kata Waluyo.
Sementara itu, tokoh masyarakat Kendal, KH Ali Nurudin mengatakan, tradisi ini sudah turun temurun. Selain untulk melestarikan budaya, juga sebagai bentuk syukur pada Tuhan yang Maha Esa, dengan cara sedekah laut.
Dia mengapresiasi kepada masyarakat setempat, yang masih memelihara tradisi dari para leluhur. Menurut dia, Nyadran merupakan bentuk kearifan masyarakat lokal dalam menjaga kelestarian alam. Dengan nyadran ini mengandung maksud, nelayan yang dalam mencari nafkah di laut, menghargai alam dan lingkungan.
Miniatur kapal dengan sesaji dilarung nelayan di tengah laut, sedangkan warga dan nelayan lain yang ikut arak-arakan hanya sampai di pesisir laut. Kemudian menikmati makanan yang sudah dibawa dari rumah.
(nth)