Kisah Menegangkan Mardi Rambo Jalankan Misi Kopassus di Bosnia hingga Minum Kubangan Air Kuda
loading...
A
A
A
Foto/Ist
"Waktu itu saya ditugaskan untuk ke Darfur, Sudan. Penugasan mulai 5 September 2008 sampai kembali ke Tanah Air 6 September 2009. Tepat setahun," kenang Umar dikutip dari buku “Kopassus untuk Indonesia” pada Rabu (16/10/2024).
Kala itu, Darfur merupakan salah satu daerah bergejolak di Sudan. Berbagai aksi kekerasan berupa pemerkosaan dan pembunuhan terjadi. Selain itu anak-anak diculik untuk dijadikan budak.
Kelompok milisi kerap menyerbu perkampungan warga Afrika yang berujung pembunuhan terhadap kaum pria dan pemerkosaan pada perempuan.
Hingga akhirnya penduduk sangat trauma dan tertekan. Lelaki memilih tinggal di rumah karena kalau sampai tertangkap pasti akan dibunuh. Sedangkan perempuan khawatir diperkosa.
Umar ditugaskan di sektor barat Darfur dengan Ibu Kota El-Zenina. Dia menjadi satu-satunya pasukan asal Indonesia yang berada di sektor barat Darfur.
"Kita punya kode etik sendiri dan tidak boleh diskriminatif. Tugas kita mengumpulkan data tentang faksi di masyarakat, investigasi kriminalitas dan monitoring wilayah contohnya daerah Al Zenina," kata Umar.
Umar selaku orajurit Kopassus yang mendapat tugas sebagai Military Observer (Milobs) di daerah konflik yang ditunjuk PBB, tidak mengalami kesulitan berarti dalam mendekati masyarakat.
Apalagi penduduk setempat adalah muslim. Sebagai penghormatan atas kehadiran prajurit Kopassus, penduduk setempat menghidangkan air minum.
"Mereka begitu senang kedatangan saya yang muslim. Untuk menunjukkan penghormatan, mereka langsung memberi saya minum. Sayangnya, air minum diambil dari tempat di mana kuda mereka juga minum, maklumlah air barang langka. Jadi dengan menahan napas saya minum air kecokelatan yang mereka tawarkan. Untung tidak kena penyakit,” ungkapnya.