Kisah Menegangkan Mardi Rambo Jalankan Misi Kopassus di Bosnia hingga Minum Kubangan Air Kuda

Rabu, 16 Oktober 2024 - 09:09 WIB
loading...
Kisah Menegangkan Mardi...
Prajurit Kopassus menjalankan tugas menegangkan di daerah konflik dalam berbagai operasi baik di dalam dan luar negeri. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
PRAJURIT Komando Pasukan Khusus (Kopassus) menjalankan tugas menegangkan di daerah konflik dalam berbagai operasi baik di dalam dan luar negeri. Di antaranya ke ke Bosnia, salah satu negara pecahan Yugoslavia.

Kisah heroik yang dialami pasukan elite TNI dengan ciri khas Baret Merah ini salah satunya dialami prajurit Kopassus Pelda Sumardi saat bertugas ke Bosnia, salah satu negara pecahan dari Yugoslavia.



Dia dijuluki "Mardi Rambo" karena kemampuannya dalam zeni demolisi dan 14 kali diturunkan dalam penugasan ke berbagai medan operasi. Padahal biasanya prajurit Kopassus paling hanya empat kali bertugas di daerah operasi.



Penugasannya ke Bosnia merupakan tantangan sekaligus kebahagiaan bagi Mardi Rambo. Kebahagiaan Mardi Rambo adalah bisa merasakan pesawat landing atau mendarat.

"Sueeneeeeng sekali ke Bosnia. Pesawat itu take off kemudian landing. Ternyata landing itu wuenaaakk sekali," kata Mardi Rambo.

Kebahagiaan itu karena Mardi baru pertama kalinya merasakan landing saat penugasan di Bosnia. Selama ini, Mardi Rambo dalam penugasan selalu hanya mengalami take off, selanjutnya terjun dari pesawat saat masih mengudara (terjun payung).



Kisah menarik lainnya dialami Mayor Umar dalam penugasan ke Darfur, Sudan. Perwira Kopassus yang tergabung dalam Kontingen Garuda United Nations African Mision in Darfur (UNAMID) ini berangkat ke Sudan dalam misi perdamaian dunia.

Kisah Menegangkan Mardi Rambo Jalankan Misi Kopassus di Bosnia hingga Minum Kubangan Air Kuda

Foto/Ist

"Waktu itu saya ditugaskan untuk ke Darfur, Sudan. Penugasan mulai 5 September 2008 sampai kembali ke Tanah Air 6 September 2009. Tepat setahun," kenang Umar dikutip dari buku “Kopassus untuk Indonesia” pada Rabu (16/10/2024).

Kala itu, Darfur merupakan salah satu daerah bergejolak di Sudan. Berbagai aksi kekerasan berupa pemerkosaan dan pembunuhan terjadi. Selain itu anak-anak diculik untuk dijadikan budak.

Kelompok milisi kerap menyerbu perkampungan warga Afrika yang berujung pembunuhan terhadap kaum pria dan pemerkosaan pada perempuan.

Hingga akhirnya penduduk sangat trauma dan tertekan. Lelaki memilih tinggal di rumah karena kalau sampai tertangkap pasti akan dibunuh. Sedangkan perempuan khawatir diperkosa.

Umar ditugaskan di sektor barat Darfur dengan Ibu Kota El-Zenina. Dia menjadi satu-satunya pasukan asal Indonesia yang berada di sektor barat Darfur.

"Kita punya kode etik sendiri dan tidak boleh diskriminatif. Tugas kita mengumpulkan data tentang faksi di masyarakat, investigasi kriminalitas dan monitoring wilayah contohnya daerah Al Zenina," kata Umar.

Umar selaku orajurit Kopassus yang mendapat tugas sebagai Military Observer (Milobs) di daerah konflik yang ditunjuk PBB, tidak mengalami kesulitan berarti dalam mendekati masyarakat.

Apalagi penduduk setempat adalah muslim. Sebagai penghormatan atas kehadiran prajurit Kopassus, penduduk setempat menghidangkan air minum.

"Mereka begitu senang kedatangan saya yang muslim. Untuk menunjukkan penghormatan, mereka langsung memberi saya minum. Sayangnya, air minum diambil dari tempat di mana kuda mereka juga minum, maklumlah air barang langka. Jadi dengan menahan napas saya minum air kecokelatan yang mereka tawarkan. Untung tidak kena penyakit,” ungkapnya.

Kejadian itu pun langsung dijadikan pengalaman oleh prajurit Korps Baret Merah ini. Setiap melakukan kunjungan ke warga setempat, Mayor Umar selalu mengaku sedang berpuasa.

"Sejak itu puasa tidak puasa, saya selalu mengaku puasa kalau sedang melakukan kunjungan," ujarnya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1189 seconds (0.1#10.140)