Cengkeh Hutan Jadi Komoditas Andalan Masyarakat Amalatu Maluku
loading...
A
A
A
“Dari segi produktivitas, varietas ini menghasilkan buah lebih banyak dibandingkan dengan cengkih tuni, yang umumnya tumbuh di wilayah pegunungan,” katanya.
Lebih jauh Erna mengatakan pengembangan cengke utang di Seram Bagian Barat menghadapi dua tantangan besar.
Pertama proses pengeringan pasca panen masih menjadi tantangan utama bagi para petani. Biji cengke utang yang berukuran lebih besar dan mengandung kadar air tinggi memerlukan waktu pengeringan lebih dari 7 hari, terutama jika masih menggunakan metode tradisional dengan memanfaatkan sinar matahari.
“Program ini berkomitmen membantu para petani dengan menyediakan teknologi pasca panen yang lebih efisien. Salah satu solusi yang direncanakan adalah memperkenalkan teknologi pengeringan buatan yang dapat menjaga kualitas biji cengkih meskipun cuaca tidak mendukung,” katanya.
Tantangan kedua, kata Erna pada ketersediaan bibit dan model pemasaran. Menurutnya bibit cengkeh utang relatif terbatas untuk dibanding luasan lahan pertanian yang ada.
“Pengembangan cengke utang bukan hanya tentang menanam dan memanen, tetapi juga bagaimana menciptakan nilai tambah. Oleh karena itu, Program ini hadir untuk memberikan pendampingan dari segi teknik budidaya, pemanfaatan teknologi, serta membuka akses pasar yang lebih luas,” jelasnya.
Lebih jauh Erna mengatakan pengembangan cengke utang di Seram Bagian Barat menghadapi dua tantangan besar.
Pertama proses pengeringan pasca panen masih menjadi tantangan utama bagi para petani. Biji cengke utang yang berukuran lebih besar dan mengandung kadar air tinggi memerlukan waktu pengeringan lebih dari 7 hari, terutama jika masih menggunakan metode tradisional dengan memanfaatkan sinar matahari.
“Program ini berkomitmen membantu para petani dengan menyediakan teknologi pasca panen yang lebih efisien. Salah satu solusi yang direncanakan adalah memperkenalkan teknologi pengeringan buatan yang dapat menjaga kualitas biji cengkih meskipun cuaca tidak mendukung,” katanya.
Tantangan kedua, kata Erna pada ketersediaan bibit dan model pemasaran. Menurutnya bibit cengkeh utang relatif terbatas untuk dibanding luasan lahan pertanian yang ada.
“Pengembangan cengke utang bukan hanya tentang menanam dan memanen, tetapi juga bagaimana menciptakan nilai tambah. Oleh karena itu, Program ini hadir untuk memberikan pendampingan dari segi teknik budidaya, pemanfaatan teknologi, serta membuka akses pasar yang lebih luas,” jelasnya.
(shf)