Kisah Jenderal Kopassus Letjen Sutiyoso Menyamar Jadi Sopir untuk Tangkap Pimpinan GAM di Pedalaman Aceh
loading...
A
A
A
Sambil memutar otak, Sutiyoso ang berpengalaman dalam penumpasan gerilyawan PGRS/Paraku di belantara Kalimantan, Operasi Timor Timur (Timtim) sekarang bernama Timor Leste akhirnya memutuskan untuk menangkap petinggi GAM itu sendirian.
Sutiyoso yang dikenal sebagai "Jenderal Lapangan" kenyang dengan pengalaman tempur berpikir keras. Dia hanya membutuhkan dua mobil untuk menjalankan tugas operasinya tersebut.
Hingga akhirnya bisa mendapatkan mobil Toyota Hardtop dari LNG Lhokseumawe dan mobil sedan dari kenalannya di Medan. Sutiyoso pun kembali ke Guest House Iskandar Muda menemui pengusaha tersebut.
Strategi yang akan dijalankan pun dirancang. Sutiyoso meminta agar pengusaha tersebut menjadikan dirinya sebagai sopir pribadi yang baru dari Makassar dan belum menguasai bahasa Aceh.
Sutiyoso berpesan agar pengusaha tersebut benar-benar memperlakukannya sebagai sopir pribadi agar orang yang diburunya tidak curiga.
Dengan mengendarai dua mobil yang dipinjamnya, Sutiyoso didampingi tiga anggotanya bergerak menuju rumah kakak Usman. Selama dalam perjalanan, Sutiyoso kembali menekankan pengusaha dan sekretarisnya untuk tidak macam-macam.
”Kamu bilang saja duitnya sudah ada, tapi di hotel harus ambil sendiri karena takut membawanya. Jangan coba-coba melarikan diri, kamu berdua bisa mati sebab rumah tersebut sudah dikepung pasukan saya,” gertak Sutiyoso.
Setelah disepakati, Sutiyoso kemudian menjadi sopir pribadi si pengusaha bergerak menuju kediaman kakak Usman. Pengusaha duduk di sebelah kirinya, sedangkan sekretarisnya duduk di jok belakang mobil Toyota Hardtop.
Sementara Lintang, Darno dan seorang polisi penerjemah membuntutinya dengan mobil sedan dari belakang.
Kepada ketiga anggotanya, Sutiyoso memberitahu kode atau isyarat jika mobil yang dikendarainya mengedipkan lampu pendek dua kali dan lampu panjang sekali, itu artinya sasaran sudah masuk mobilnya.
Sutiyoso yang dikenal sebagai "Jenderal Lapangan" kenyang dengan pengalaman tempur berpikir keras. Dia hanya membutuhkan dua mobil untuk menjalankan tugas operasinya tersebut.
Hingga akhirnya bisa mendapatkan mobil Toyota Hardtop dari LNG Lhokseumawe dan mobil sedan dari kenalannya di Medan. Sutiyoso pun kembali ke Guest House Iskandar Muda menemui pengusaha tersebut.
Strategi yang akan dijalankan pun dirancang. Sutiyoso meminta agar pengusaha tersebut menjadikan dirinya sebagai sopir pribadi yang baru dari Makassar dan belum menguasai bahasa Aceh.
Sutiyoso berpesan agar pengusaha tersebut benar-benar memperlakukannya sebagai sopir pribadi agar orang yang diburunya tidak curiga.
Dengan mengendarai dua mobil yang dipinjamnya, Sutiyoso didampingi tiga anggotanya bergerak menuju rumah kakak Usman. Selama dalam perjalanan, Sutiyoso kembali menekankan pengusaha dan sekretarisnya untuk tidak macam-macam.
”Kamu bilang saja duitnya sudah ada, tapi di hotel harus ambil sendiri karena takut membawanya. Jangan coba-coba melarikan diri, kamu berdua bisa mati sebab rumah tersebut sudah dikepung pasukan saya,” gertak Sutiyoso.
Setelah disepakati, Sutiyoso kemudian menjadi sopir pribadi si pengusaha bergerak menuju kediaman kakak Usman. Pengusaha duduk di sebelah kirinya, sedangkan sekretarisnya duduk di jok belakang mobil Toyota Hardtop.
Sementara Lintang, Darno dan seorang polisi penerjemah membuntutinya dengan mobil sedan dari belakang.
Kepada ketiga anggotanya, Sutiyoso memberitahu kode atau isyarat jika mobil yang dikendarainya mengedipkan lampu pendek dua kali dan lampu panjang sekali, itu artinya sasaran sudah masuk mobilnya.