5 Hal Menarik dalam Kisah Cinta Siu Ban Ci di Era Kerajaan Majapahit
loading...
A
A
A
KISAH Cinta Siu Ban Ci dengan Prabu Brawijaya yang merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit, dan Arya Damar yang merupakan anak Prabu Wikramawardhana dipercaya sebagai salah satu romansa yang cukup menarik.
Siu Ban Ci sendiri merupakan gadis cantik beragama Islam yang berdarah Tionghoa. Ia datang ke Majapahit untuk menemani sang ayah yang bernama Syekh Betong atau Tan Go Hwat.
Ayahnya itu dikenal sebagai saudagar kaya dan ulama besar. Pada saat itu Syekh Betong datang menghadap Prabu Brawijaya di Istana Majapahit untuk meminta izin berdagang di wilayah Keling.
Meski pada saat itu Syekh Betong membawa berbagai seserahan seperti batu giok dari China, kain sutra, keramik Tiongkok, dupa, dan mutiara, perhatian Prabu Brawijaya justru tertuju pada Siu Ban Ci.
Namun rasa cemburu itu hanya bisa terpendam dalam hati Putri Champa, sebab suaminya memang telah berniat untuk menikahi gadis berdarah Tionghoa itu.
Hari berikutnya, Syekh Betong dipanggil kembali menghadap Prabu Brawijaya. Pada saat itulah, penguasa Majapahit menyampaikan niatnya untuk menjadikan Siu Ban Ci sebagai garwa ampeyan atau istri selirnya.
Permintaan langsung dari Prabu Brawijaya ini mendapatkan persetujuan dari Syekh Betong. Siu Ban Ci akhirnya dibawa serta untuk menghadap Prabu Brawijaya, menggunakan tandu terbaik dari Puri Kanuruhan.
Kehamilan Siu Ban Ci memperburuk hubungannya dengan Dewi Amarawati. Amarawati secara terang-terangan meminta Prabu Brawijaya menceraikan Siu Ban Ci. Namun, cinta yang tumbuh di hati Prabu Brawijaya tidak dapat dipadamkan.
Prabu Brawijaya tidak mampu menolak permintaan Dewi Amarawati. Siu Ban Ci akhirnya dikirim ke Palembang dalam kondisi hamil tiga bulan. Siu Ban Cai dititipkan kepada Adipati Palembang, Arya Damar.
Palembang pada saat itu masih berada di bawah kekuasaan Majapahit dan banyak penduduknya berasal dari China. Dengan menitipkan Siu Ban Cai kepada Arya Damar, Prabu Brawijaya berharap Siu Ban Cai akan lebih betah hidup di Palembang.
Arya Damar, yang merupakan putra Raja Majapahit Bathara Prabu Wikramawardhana dengan seorang selir berdarah China, memiliki nama asli Swan Liong. Arya Damar adalah paman dari Prabu Brawijaya.
Prabu Brawijaya merelakan Arya Damar menikahi Siu Ban Ci, dengan syarat Siu Ban Ci tidak diapa-apakan sebelum anak dari buah cintanya lahir.
Prabu Brawijaya juga meminta agar bayi yang ada dalam kandungan Siu Ban Ci diberi nama Nara Prakosa, yang berarti laki-laki perkasa.
Itulah kisah cinta Siu Ban Ci di masa Kerajaan Majapahit. Nantinya buah hati dari Prabu Brawijaya dikenal dengan nama Raden Hasan, sedangkan anak dari Arya Damar diberi nama Raden Husen.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
Siu Ban Ci sendiri merupakan gadis cantik beragama Islam yang berdarah Tionghoa. Ia datang ke Majapahit untuk menemani sang ayah yang bernama Syekh Betong atau Tan Go Hwat.
Ayahnya itu dikenal sebagai saudagar kaya dan ulama besar. Pada saat itu Syekh Betong datang menghadap Prabu Brawijaya di Istana Majapahit untuk meminta izin berdagang di wilayah Keling.
Meski pada saat itu Syekh Betong membawa berbagai seserahan seperti batu giok dari China, kain sutra, keramik Tiongkok, dupa, dan mutiara, perhatian Prabu Brawijaya justru tertuju pada Siu Ban Ci.
5 Hal Menarik dalam Kisah Cinta Siu Ban Ci
1. Membuat Cemburu Permaisuri
Pandangan Prabu Brawijaya pada Siu Ban Ci ini rupanya membuat permaisuri Kerajaan Majapahit, Dewi Amarawati atau Putri Champa, merasa cemburu.Namun rasa cemburu itu hanya bisa terpendam dalam hati Putri Champa, sebab suaminya memang telah berniat untuk menikahi gadis berdarah Tionghoa itu.
2. Prabu Brawijaya Menikahi Siu Ban Ci
Hari berikutnya, Syekh Betong dipanggil kembali menghadap Prabu Brawijaya. Pada saat itulah, penguasa Majapahit menyampaikan niatnya untuk menjadikan Siu Ban Ci sebagai garwa ampeyan atau istri selirnya.
Permintaan langsung dari Prabu Brawijaya ini mendapatkan persetujuan dari Syekh Betong. Siu Ban Ci akhirnya dibawa serta untuk menghadap Prabu Brawijaya, menggunakan tandu terbaik dari Puri Kanuruhan.
3. Kehamilan Siu Ban Ci Timbulkan Masalah
Prabu Brawijaya sangat mencintai Siu Ban Ci, yang semakin membuat Dewi Amarawati dibakar cemburu dan amarah. Dalam Babad Tanah Jawi diceritakan, saat Dewi Amarawati belum memiliki keturunan, Siu Ban Cai justru sudah hamil dari buah cintanya dengan Prabu Brawijaya.Kehamilan Siu Ban Ci memperburuk hubungannya dengan Dewi Amarawati. Amarawati secara terang-terangan meminta Prabu Brawijaya menceraikan Siu Ban Ci. Namun, cinta yang tumbuh di hati Prabu Brawijaya tidak dapat dipadamkan.
4. Siu Ban Ci dipindahkan ke Palembang
Prabu Brawijaya tidak mampu menolak permintaan Dewi Amarawati. Siu Ban Ci akhirnya dikirim ke Palembang dalam kondisi hamil tiga bulan. Siu Ban Cai dititipkan kepada Adipati Palembang, Arya Damar.
Palembang pada saat itu masih berada di bawah kekuasaan Majapahit dan banyak penduduknya berasal dari China. Dengan menitipkan Siu Ban Cai kepada Arya Damar, Prabu Brawijaya berharap Siu Ban Cai akan lebih betah hidup di Palembang.
5. Siu Ban Ci Menikah dengan Arya Damar
Arya Damar, yang merupakan putra Raja Majapahit Bathara Prabu Wikramawardhana dengan seorang selir berdarah China, memiliki nama asli Swan Liong. Arya Damar adalah paman dari Prabu Brawijaya.
Prabu Brawijaya merelakan Arya Damar menikahi Siu Ban Ci, dengan syarat Siu Ban Ci tidak diapa-apakan sebelum anak dari buah cintanya lahir.
Prabu Brawijaya juga meminta agar bayi yang ada dalam kandungan Siu Ban Ci diberi nama Nara Prakosa, yang berarti laki-laki perkasa.
Itulah kisah cinta Siu Ban Ci di masa Kerajaan Majapahit. Nantinya buah hati dari Prabu Brawijaya dikenal dengan nama Raden Hasan, sedangkan anak dari Arya Damar diberi nama Raden Husen.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
(shf)