Keris Kiai Ageng Bondoyudo, Pusaka Pangeran Diponegoro yang Gentarkan Belanda

Kamis, 29 Agustus 2024 - 06:07 WIB
loading...
A A A
Keputusan akhir semua usulan untuk mengizinkan pangeran tetap berada di Pulau Jawa ditolak, sang pangeran diganti dengan hukuman pengasingan seumur hidup. Hal ini disebut demi "kedamaian" Pulau Jawa Diponegoro harus diperlakukan sebagai tahanan negara.

Pada akhirnya Sang Pangeran Diponegoro benar-benar diasingkan dengan dikirim menggunakan kapal ke Manado. Setidaknya ada 50 serdadu yang ditugaskan mengawal Pangeran Diponegoro dalam pelayaran dengan kapal ke Manado.

Begitu juga ketika tiba nanti di tujuan residen wajib menyediakan pasukan dalam jumlah yang cukup, untuk memastikan pangeran tidak bakal kabur.

Sebagai tahanan negara, status kebangsawanannya dan tingkat pelanggarannya sang pangeran diberikan uang sebanyak 600 gulden. Uang itu sebagai tunjangan bulanan sebagaimana yang diterima Sultan Hamengkubuwana II saat diasingkan di Ambon pada tahun1817 - 1825.

Putra-putri pangeran tak ikut sang pangeran, mereka diizinkan hidup di Tegalrejo oleh Van den Bosch dengan catatan tidak membahayakan Tanah Jawa. Keluarga diberikan draf dokumen pembagian keris dan tombak pusaka Pangeran Diponegoro, yang diasingkan di Makassar.

Kapten Roeps menjadi pengawal Belanda yang ditugaskan mengatur warisan pembagian keris dan tombak pusaka Pangeran Diponegoro untuk membagikan kepada para anggota keluarga sang pangeran.

Konon dari sejumlah keris dan pusaka sang pangeran hanya keris pribadi Diponegoro, Kiai Ageng Bondoyudo tetap berada di tangan sang pangeran sampai akhir hayat. Bahkan, keris itu ikut dikuburkan bersama pangeran di pemakaman Kampung Melayu.
(ams)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1373 seconds (0.1#10.140)