Asal Usul Gajayana, Nama Kereta Api yang Diambil dari Gelar Raja Kerajaan Kanjuruhan di Malang
loading...
A
A
A
Prasasti ini ditemukan tak jauh dari aliran Sungai Metro, sementara salah satu bangunan peninggalan Candi Badut juga lokasi ditemukan tak jauh dari lokasi tersebut.
Dikutip dari berbagai sumber, pada prasasti tersebut disebutkan ada raja bernama Raja Dewasimha, kemudian setelah meninggal digantikan sang raja yang bernama Sang Liswa. Nah, Sang Liswa inilah yang akhirnya mendapat gelar Gajayana.
Pada masa kepemimpinan Gajayana, Kerajaan Kanjuruhan mengalami masa puncak kejayaan. Daerah kekuasaannya meliputi lereng timur dan barat Gunung Kawi. Sedangkan di sisi barat mencapai ke area Pegunungan Tengger Semeru.
Sementara di sisi utara bahkan hingga mencapai pesisir Laut Jawa. Sedangkan di wilayah selatan kekuasannya mencapai pantai selatan Pulau Jawa.
Setelah masa kepemimpinan Raja Gajayana, Kerajaan Kanjuruhan kemudian dipimpin oleh Pangeran Jananiya.
Raja Kanjuruhan Pangeran Jananiya ini merupakan menantu dari Raja Gajayana. Dia menikah dengan satu-satunya anak dari Raja Gajayana bernama Uttejana. Kedua pasang suami istri ini memimpin kerajaan dengan penuh kebijaksanaan.
Kemunduran Kerajaan Kanjuruhan muncul setelah sekitar tahun 847 Masehi, saat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah mengembangkan kekuasaannya. Perluasan kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno kala itu di bawah perintah Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu.
Kerajaan Mataram Kuno kemudian kian meluaskan kekuasaannya hingga Jawa Timur. Termasuk di wilayah yang dulunya menjadi kekuasaan Kerajaan Kanjuruhan hilang hingga akhirnya dikuasai Kerajaan Mataram Kuno.
Dari sanalah akhirnya Kerajaan Kanjuruhan hanya menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno.
Pegiat Sejarah Eko Irawan mengakui bila nama Kerajaan Kanjuruhan dari catatan sejarah di Jawa Timur masih menjadi salah satu kerajaan tertua yang teridentifikasi hingga kini.
Dikutip dari berbagai sumber, pada prasasti tersebut disebutkan ada raja bernama Raja Dewasimha, kemudian setelah meninggal digantikan sang raja yang bernama Sang Liswa. Nah, Sang Liswa inilah yang akhirnya mendapat gelar Gajayana.
Pada masa kepemimpinan Gajayana, Kerajaan Kanjuruhan mengalami masa puncak kejayaan. Daerah kekuasaannya meliputi lereng timur dan barat Gunung Kawi. Sedangkan di sisi barat mencapai ke area Pegunungan Tengger Semeru.
Sementara di sisi utara bahkan hingga mencapai pesisir Laut Jawa. Sedangkan di wilayah selatan kekuasannya mencapai pantai selatan Pulau Jawa.
Setelah masa kepemimpinan Raja Gajayana, Kerajaan Kanjuruhan kemudian dipimpin oleh Pangeran Jananiya.
Raja Kanjuruhan Pangeran Jananiya ini merupakan menantu dari Raja Gajayana. Dia menikah dengan satu-satunya anak dari Raja Gajayana bernama Uttejana. Kedua pasang suami istri ini memimpin kerajaan dengan penuh kebijaksanaan.
Kemunduran Kerajaan Kanjuruhan muncul setelah sekitar tahun 847 Masehi, saat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah mengembangkan kekuasaannya. Perluasan kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno kala itu di bawah perintah Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu.
Kerajaan Mataram Kuno kemudian kian meluaskan kekuasaannya hingga Jawa Timur. Termasuk di wilayah yang dulunya menjadi kekuasaan Kerajaan Kanjuruhan hilang hingga akhirnya dikuasai Kerajaan Mataram Kuno.
Dari sanalah akhirnya Kerajaan Kanjuruhan hanya menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno.
Pegiat Sejarah Eko Irawan mengakui bila nama Kerajaan Kanjuruhan dari catatan sejarah di Jawa Timur masih menjadi salah satu kerajaan tertua yang teridentifikasi hingga kini.