Kerajaan Aru, Riwayat Negeri Perompak Penguasa Selat Malaka Abad 13 M
loading...
A
A
A
Kerajaan Aru atau Haru dalam sejarahnya pertama kali muncul di dalam kronik Tiongkok, pada masa Dinasti Yuan, yang menyebutkan bahwa Kubilai Khan pernah menuntut tunduknya penguasa Aru/Haru pada Tiongkok tahun 1282.
Hal ini ditanggapi dengan pengiriman upeti oleh raja Haru tahun 1295. Jika sumber Tiongkok ini benar, maka sebelum Majapahit berdiri, Kerajaan Aru/Haru pernah menjadi kerajaan bawahan kekaisaran Tiongkok.
Ketika masih menjadi bawahan Majapahit, mayoritas penduduk Kerajaan Aru beragama Buddha atau Hindu.Akan tetapi di abad 13 M, Islam diperkirakan telah masuk ke Sumatera, termasuk ke Aru meskipun saat itu masih menjadi minoritas.
Bahkan dimungkinkan bahwa Aru/Haru lebih dulu memeluk agama Islam daripada Pasai, seperti yang disebutkan Sulalatus Salatin dan dikonfirmasi Tome Pires. Hanya saja saat itu, penduduknya belum semua memeluk Islam.
Kemudian dalam Suma Oriental-nya, Tome Pires juga menyatakan, Kerajaan Aru merupakan kerajaan yang kuat, bahkan tergolong sebagai penguasa terbesar di Sumatera yang memiliki wilayah kekuasaan sangat luas dan pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal asing.
Pada laporannya ini, Tome Pires juga menggambarkan soal kehebatan armada kapal laut Kerajaan Aru, yang mampu melakukan kontrol lalu lintas kapal-kapal yang melalui Selat Malaka di masa itu.
Karena kualitasnya seperti ini, maka wajar kalau Aru kemudian dijadikan sebagai salah satu target ekspansi Kerajaan Majapahit.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Hal ini ditanggapi dengan pengiriman upeti oleh raja Haru tahun 1295. Jika sumber Tiongkok ini benar, maka sebelum Majapahit berdiri, Kerajaan Aru/Haru pernah menjadi kerajaan bawahan kekaisaran Tiongkok.
Ketika masih menjadi bawahan Majapahit, mayoritas penduduk Kerajaan Aru beragama Buddha atau Hindu.Akan tetapi di abad 13 M, Islam diperkirakan telah masuk ke Sumatera, termasuk ke Aru meskipun saat itu masih menjadi minoritas.
Bahkan dimungkinkan bahwa Aru/Haru lebih dulu memeluk agama Islam daripada Pasai, seperti yang disebutkan Sulalatus Salatin dan dikonfirmasi Tome Pires. Hanya saja saat itu, penduduknya belum semua memeluk Islam.
Kemudian dalam Suma Oriental-nya, Tome Pires juga menyatakan, Kerajaan Aru merupakan kerajaan yang kuat, bahkan tergolong sebagai penguasa terbesar di Sumatera yang memiliki wilayah kekuasaan sangat luas dan pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal asing.
Pada laporannya ini, Tome Pires juga menggambarkan soal kehebatan armada kapal laut Kerajaan Aru, yang mampu melakukan kontrol lalu lintas kapal-kapal yang melalui Selat Malaka di masa itu.
Karena kualitasnya seperti ini, maka wajar kalau Aru kemudian dijadikan sebagai salah satu target ekspansi Kerajaan Majapahit.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(ams)