Sejarah dan Asal-usul Bitung, Kota Pelabuhan dan Industri yang Berkembang Pesat

Rabu, 29 November 2023 - 14:24 WIB
loading...
Sejarah dan Asal-usul Bitung, Kota Pelabuhan dan Industri yang Berkembang Pesat
Bitung adalah sebuah kota di Provinsi Sulawesi Utara. Mayoritas penduduk kota ini berasal dari suku Minahasa sub etnis Tonsea. Foto/Tangkapan layar YouTube
A A A
JAKARTA - Bitung adalah sebuah kota yang masuk dalam Provinsi Sulawesi Utara . Kota ini dikenal sebagai kota pelabuhan dan industri perikanan yang memiliki perkembangan pesat.

Bitung terletak di timur laut Tanah Minahasa, yang merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Utara. Mayoritas penduduk kota ini berasal dari suku Minahasa sub etnis Tonsea, yang memiliki bahasa dan adat istiadat tersendiri.

Sebagai kota yang sudah berumur tua, Bitung rupanya memiliki sejarah panjang dan unik. Berikut sejarah dari Kota Bitung.

Sejarah dan Asal-usul Bitung


Nama Bitung berasal dari nama sebuah pohon (Barringtonia asiatica) yang banyak tumbuh di daerah utara Pulau Sulawesi. Pohon ini memiliki buah yang berbentuk bulat dan berwarna merah, serta bunga yang berbau harum.



Penduduk yang pertama memberikan nama Bitung adalah Dotu Hermanus Sompotan yang dalam bahasa daerah disebut dengan Tundu’an atau pemimpin. Ia adalah seorang perintis yang membuka sebuah huma atau ladang di kawasan yang terletak di tepian pantai.

Ia kemudian mendirikan sebuah gubuk di bawah pohon Bitung yang besar, yang menjadi tempat berteduh bagi para nelayan yang singgah atau berlindung dari gelombang laut.

Suatu ketika, seorang Dotu melihat banyak burung silih berganti hinggap di pohon Bitung. Ia berfirasat bahwa suatu waktu tempat ini akan didiami oleh banyak suku bangsa.

Firasatnya terbukti benar. Banyak pendatang yang menetap di Bitung, baik dari suku Tonsea, Sangir, Talaud, Maluku, Habibu, Papagami, maupun dari suku lainnya.

Pada tahun 1926, Theopilus Bawotong, Frederik Tidatu, dan Hendrik Dulok Kansil mewakili penghuni desa Bitung menghadap Hukum Besar Tonsea di Aermadidi. Mereka meminta agar Bitung menjadi sebuah negeri atau desa yang berdiri sendiri, terpisah dari Madidir.

Dilansir dari laman resmi pemerintahan Kota Bitung, permintaan mereka dikabulkan oleh pemerintah Belanda. Pada tahun 1927, Elias Lontoh Sompotan, cucu mantu Simon Tudus, diangkat menjadi Hukum Tua Bitung.



Pada tahun 1947, Bitung menjadi distrik bawahan yang berdiri sendiri dengan luas wilayah 19.870 hektar fan terdiri dari 11 desa. Kemudian pada tahun 1964, Bitung ditetapkan menjadi satu kecamatan, dengan jumlah penduduk 32.000 jiwa, tersebar pada 28 desa dengan luas wilayah 29,79 kilometer persegi.

Pada tahun 1975, Bitung diresmikan menjadi kota administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1975 tanggal 10 April 1975. Kota administratif Bitung terdiri dari dua kecamatan, yaitu Bitung Barat dan Bitung Timur.

Berlanjut pada tahun 1983, Bitung menjadi kota otonom. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1983 tanggal 28 Juli 1983. Kota otonom Bitung terdiri dari empat kecamatan, yaitu Bitung Barat, Bitung Timur, Bitung Utara, dan Bitung Selatan.

Saat ini Bitung telah berkembang menjadi kota industri, khususnya industri perikanan. Bitung juga dikenal sebagai kota wisata, karena memiliki banyak objek wisata yang menarik, seperti pantai, pulau, taman laut, gunung, danau, serta kebudayaan.
(okt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1066 seconds (0.1#10.140)