KH Abdul Chalim, Pahlawan Nasional asal Majalengka Keturunan Sunan Gunung Jati

Rabu, 08 November 2023 - 19:30 WIB
loading...
A A A
Beberapa di antaranya Pondok Pesantren Banada, Pondok Pesantren al-Fattah Trajaya, dan Pondok Pesantren Nurul Huda al Ma’arif Pajajar. Pada 1913, KH. Abdul Chalim naik haji dan belajar di Mekkah.



Saat belajar di Mekkah, KH Abdul Chalim bertemu dan berkawan antara lain dengan KH Abdul Wahab Hasbullah dan KH Asnawi Kudus. Dia tercatat sebagai anggota SI (Syarikat Islam) termuda cabang Makkah.

Dia berguru kepada beberapa ulama Makkah, yang antara lain KH Mahfud Termas, dan pada tahun 1914 KH Abdul Chalim bersama dengan beberapa temannya kembali ke Indonesia.

Sekembalinya dari Mekkah, KH Abdul Chalim berkhidmat kepada kedua orang tuanya, yaitu membantu untuk menyelesaikan tugas ayahnya.

Setelah ayahnya meninggal dunia, KH Abdul Chalim teringat sosok KH Abdul Wahab Hasbullah, dengan komitmennya untuk ikut serta memerdekakan Indonesia.

Maka pada 1922, dia berangkat ke Surabaya dengan berjalan kaki selama 14 hari untuk menanamkan dan menebalkan nasionalisme dan kecintaannya terhadap Tanah Air.

Pada hari ke-12, KH Abdul Chalim singgah di Pondok Pesantren Tebuireng. Dia tinggal sehari semalam untuk mendapatkan bimbingan, pengarahan dan nasihat dari KH Hasyim Asy’ari. Dari sinilah mulai terbangun komunikasi intensif dengan KH Hasyim Asy’ari.

Setibanya di Surabaya, KH Abdul Chalim langsung bergabung dengan KH Abdul Wahab Hasbullah. Dia membantu menangani dan organisasi yang telah dirintis oleh KH Abdul Wahab Hasbullah, yaitu Nahdlatul Wathan dan Taswirul Afkar.

Dengan kepiawaian dan kepandaiannya dalam memanage organisasi maka organisasi-organisasi tersebut berkembang pesat sehingga terbentuk Nahdlatul Wathan di berbagai cabang, yaitu Sidoarjo dan Gresik dan cabang cabang yang lain.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1272 seconds (0.1#10.140)