Kisah Pemasangan Bola-bola Kenikmatan Narapidana Sejak Masa Kerajaan Nusantara

Sabtu, 02 September 2023 - 12:00 WIB
loading...
A A A
Kitab Kamasutra India juga menyebut hal itu. Antonio Pigafetta (1491-1534) seorang penjelajah Italia menemukan fenomena permak alat kelamin laki-laki terjadi di Kalimantan dan Filipina.

Tahun 1524, Pigafetta menyebut alat kelamin lelaki dipasang sejenis mur atau peniti logam dari timah atau emas. Logam tipis sebesar bulu angsa dan menyerupai taji itu ditembuskan di dekat kepala organ vital.

Proses pembedahan dianggap menyiksa sekaligus menyakitkan.“Jika para pria tidak mau melakukannya maka para perempuan tidak mau berhubungan badan dengan mereka”.



Pembedahan dilakukan untuk memasukkan bola-bola atau lonceng-lonceng kecil pada kulit lepas di bawah kepala alat kelamin (penis). Penjelajah China Ma Huan (1380-1460) dalam catatan 1433 menemukan fenomena bola-bola penis bergemerincing itu di Siam.

“Butir-butir itu tampak seperti serumpun anggur. Jika seorang raja atau seorang terkemuka, mereka menggunakan emas yang bagian tengahnya berlubang. Di dalam emas berlubang itu dimasukkan semacam kerikil kecil keluar bunyi dentingan merdu,” demikian tulisnya.

Pemasangan “bola-bola penis” juga ditemukan di Makassar. Hanya saja yang dipakai adalah daging atau tulang ikan keras. Sejumlah suku Toraja di pedalaman Sulawesi masih mengenakan aksesoris seksual itu hingga akhir abad 19.

Antonio Pigafetta, penjelajah Italia pada tahun 1524 juga mencatat, sebelum ajaran Islam masuk ke Jawa, pemakaian lonceng kecil ala Siam juga ditemukan di Jawa.



“Bukti fisik praktik tersebut adalah patung lingga di Candi Sukuh dan Cetho dari abad ke-15 yang dihiasi tiga atau empat butir bola-bola kecil tersebut,” tulisnya.

Pada era kekinian, “bola-bola penis”yang dipasang oleh sejumlah napi di Lapas berasal dari plastik gagang sikat gigi. Plastik sikat gigi itu digosok terus menerus hingga berbentuk bulatan.

“Banyak yang tidak tertarik karena proses pembedahan yang terlihat ngeri dan berpotensi menimbulkan luka infeksi,” kata mantan penghuni lapas di Jawa Timur.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2225 seconds (0.1#10.140)