Fakta Baru Terungkap! Mtsn Negeri Kunir Blitar Diduga Kaburkan Kematian Siswa Akibat Dikeroyok di Kelas
loading...
A
A
A
“Kulo mbengok. Kulo ten mriki mboten pingin tilem mriki. Kulo pingin weruh anak kulo. Kulo ibuke mosok mboten kiat. (Saya teriak. Saya di sini tidak ingin tidur di sini. Saya ingin bertemu anak saya. Saya ibunya, masak tidak kuat),” kenang Misatin.
Misatin ditemani Mustofa yang tidak berselang kemudian juga tiba di rumah sakit melihat langsung AJH yang sudah terbujur kaku. Dengan menguatkan diri, kedua orang tua itu melihat langsung bagian leher putranya lebam-lebam.
Kemudian juga bagian punggung atau tulang ekor yang membiru. Menurut Misatin, sampai detik itu ia belum tahu kalau kematian putranya diakibatkan tindak kekerasan.
“Yang saya tahu seperti disampaikan pihak Mtsn Kunir anak saya meninggal karena kecelakaan kecil,” ungkapnya.
Misatin awalnya bisa menerima apa yang menimpa putranya. Menurutnya, kalau memang anaknya meninggal karena kecelakaan yang tidak disengaja, itu sudah menjadi takdirnya.
Namun pandangan Misatin sontak berubah ketika kerabatnya yang bekerja di Polres Tulungagung menyatakan tidak terima. Sembari menangis, yang bersangkutan mengatakan AJH telah dibunuh. Kematian AJH disebabkan kekerasan yang terjadi di sekolah, bukan kecelakaan kecil.
Pihak keluarga kemudian memutuskan kasus kematian AJH harus diusut tuntas. Untuk kepentingan penyelidikan, keluarga mengizinkan jenazah AJH diautopsi. Selain menghukum pelaku, Misatin juga menegaskan pihaknya juga meminta pihak Mtsn Kunir bertanggung jawab.
Sebab orang tua menitipkan anak di sekolah bukan untuk dianiaya, apalagi sampai kehilangan nyawa. “Kami meminta pihak Mtsn Kunir juga bertanggung jawab,” tegas Misatin.
Hal senada disampaikan Kepala Desa Kunir Bastoni alias Abas yang meminta pihak Mtsn Kunir untuk tidak menutup-nutupi kasus yang terjadi. Sebagai kerabat korban dan kades, ia menilai pihak Mtsn Kunir hingga kini tidak terbuka dalam mengungkap kasus ini.
“Yang terjadi, saat saya mencoba menanyakan perkara ini, yakni karena saya kerabat korban, pihak Mtsn Kunir tidak ada satupun yang merespon. Dalam kasus ini Mtsn Kunir harus bertanggung jawab,” ujarnya.
Misatin ditemani Mustofa yang tidak berselang kemudian juga tiba di rumah sakit melihat langsung AJH yang sudah terbujur kaku. Dengan menguatkan diri, kedua orang tua itu melihat langsung bagian leher putranya lebam-lebam.
Kemudian juga bagian punggung atau tulang ekor yang membiru. Menurut Misatin, sampai detik itu ia belum tahu kalau kematian putranya diakibatkan tindak kekerasan.
“Yang saya tahu seperti disampaikan pihak Mtsn Kunir anak saya meninggal karena kecelakaan kecil,” ungkapnya.
Misatin awalnya bisa menerima apa yang menimpa putranya. Menurutnya, kalau memang anaknya meninggal karena kecelakaan yang tidak disengaja, itu sudah menjadi takdirnya.
Namun pandangan Misatin sontak berubah ketika kerabatnya yang bekerja di Polres Tulungagung menyatakan tidak terima. Sembari menangis, yang bersangkutan mengatakan AJH telah dibunuh. Kematian AJH disebabkan kekerasan yang terjadi di sekolah, bukan kecelakaan kecil.
Pihak keluarga kemudian memutuskan kasus kematian AJH harus diusut tuntas. Untuk kepentingan penyelidikan, keluarga mengizinkan jenazah AJH diautopsi. Selain menghukum pelaku, Misatin juga menegaskan pihaknya juga meminta pihak Mtsn Kunir bertanggung jawab.
Sebab orang tua menitipkan anak di sekolah bukan untuk dianiaya, apalagi sampai kehilangan nyawa. “Kami meminta pihak Mtsn Kunir juga bertanggung jawab,” tegas Misatin.
Hal senada disampaikan Kepala Desa Kunir Bastoni alias Abas yang meminta pihak Mtsn Kunir untuk tidak menutup-nutupi kasus yang terjadi. Sebagai kerabat korban dan kades, ia menilai pihak Mtsn Kunir hingga kini tidak terbuka dalam mengungkap kasus ini.
“Yang terjadi, saat saya mencoba menanyakan perkara ini, yakni karena saya kerabat korban, pihak Mtsn Kunir tidak ada satupun yang merespon. Dalam kasus ini Mtsn Kunir harus bertanggung jawab,” ujarnya.