Ada Jejak Etimologi Mataram Islam di Rowokangkung Lumajang

Minggu, 06 Agustus 2023 - 18:23 WIB
loading...
A A A
Dari berbagai sumber yang dihimpun, mereka hijrah ke wilayah Lumajang pasca meletusnya Perang Jawa atau Perang Diponegoro. Selain Desa Kedungrejo, tipikal masyarakat mataraman juga dijumpai di Desa Sidorejo, dan Desa Rowokangkung sendiri.



Bahasa mataraman, kata Gunawan tetap memiliki ruang sosialnya sendiri. Diksi dan dialek mataraman di Kedungrejo, bertahan seiring berkembangnya bahasa Jawa arekan dan Madura. "Kalau leluhur saya dari garis ayah berasal dari Nganjuk. Sedangkan dari garis ibu berasal dari Trenggalek," ungkapnya.

Dari penggalian data lebih jauh, sebagian besar leluhur mereka yang hijrah ke Lumajang, berasal dari brang kulon, yakni untuk menyebut wilayah Solo dan Yogyakarta. Di sejumlah pekarangan rumah warga di Kedungrejo, juga tumbuh pohon sawo kecik. Adanya pohon sawo kecik, kerap diyakini sebagai penanda jejak laskar Diponegoro.

Lantas apa yang mendorong mereka memilih Lumajang, sebagai tempat hijrah? Gunawan mengaku tidak tahu pasti. Namun spekulasi yang bisa diambil adalah mereka ditengarai terdampak langsung Perang Diponegoro.

Adapun pemilihan Rowokangkung yang secara administrasi terbagi atas tujuh desa, diyakini karena merupakan dataran rendah, yakni sebagian besar cara hidupnya agraris. Sebagian besar bercocok tanam di sawah dan beternak.

Hingga kini, wilayah Rowokangkung merupakan salah satu basis pertanian yang besar di Kabupaten Lumajang. "Mungkin itu sama dengan cara produksi mereka saat masih berada di brang kulon, yakni sebagai petani dan peternak," ungkap Gunawan.



Tidak hanya soal jejak Mataraman di Lumajang. Lebih jauh, adanya jejak Mataraman bisa menjadi brand image baru bagi Lumajang, yang selama ini populer sebagai kawasan yang "menakutkan", yakni utamanya bagi mereka yang berdomisili di luar Lumajang.

Bagi pandangan orang luar, Lumajang lebih dikenal sebagai kawasan dengan kebudayaan yang keras dan kasar. Di mana kasus kekerasan dan kejahatan jalanan kerap terjadi di masyarakat.

Anjar, salah seorang warga Blitar yang beristri warga Lumajang mengatakan, citra negatif itu harus diubah secara nyata. Sebab hal itu terkait dengan percepatan pembangunan daerah.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6097 seconds (0.1#10.140)