'Si Melon' Langka, Ratusan Warga Kubu Raya Harus Rela Mengantri
loading...
A
A
A
KUBU RAYA - Kelangkaan akan gas elpiji 3 kilogram (Kg) atau Si Melon mulai terasa di sejumlah desa yang ada di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar).
(Baca juga: Khofifah Resmikan Asrama Putra Institut Pesantren KH Abdul Chalim )
Warga merasakan adanya kelangkaan sejak sebulan terakhir. Bahkan, warga rela mengantri berjam-jam hanya untuk mendapatkan satu tabung gas elpiji 3 kg ini, guna keperluan sehari-hari.
Pantauan di lapangan, terlihat ratusan warga Desa Sungai Kakap, mengantri di sejumlah pangkalan gas elpiji . Antrian warga ini kian membludak ketika truk pembawa tabung gas milik pangkalan tiba. Gas satu truk tersebut, langsung ludes dalam waktu tidak sampai satu jam.
(Baca juga: Operasi Patuh Candi, Polres Blora Beri Edukasi Cegah Corona )
"Sudah mulai langka sekitar sebulan ini, gas elpiji 3 kg sudah jarang ada di warung. Kalaupun ada itu harganya mahal sekali, tapi dibeli juga karena memang kebutuhan," terang Rani seorang warga Desa Sungai Kakap, ketika ditemui saat mengantri.
"Warga mulai mengantri sejak pukul 10.40 WIB. Gasnya datang pukul 11.00 WIB, tapi langsung habis sekitar pukul 11.45 WIB dan banyak warga yang tidak kebagian gas elpiji 3 kg ini, padahal kami sudah mengantri dari jam 11.10 WIB tadi," ungkap Sri, warga yang juga ikut mengantri.
(Baca juga: Diduga Prostitusi Online, Artis VS Digerebek di Kamar Hotel Berbintang )
Sementara itu Acun salah satu pemilik pangkalan Lin Jauw yang beralamatkan di Dusun Nirwana, Desa Sungai Kakap, mengatakan, sebenarnya kalau kelangkaan ini disebabkan banyaknya spekulan pedagang pangkalan dan pedagang gas elpiji eceran yang ikut antri. Bahkan mereka juga membawa orang untuk ikut mengantri, kami yang di pangkalan tetap melayani sampai tabung gasnya habis terjual.
"Banyak pedagang juga ikut antri, setelah dapat mereka pindah lagi ke pangkalan lainnya untuk mengantri lagi, sehingga hal ini menjadi penyebab langkahnya gas elpiji 3 kg tersebut di masyarakat," terang Acun.
Acun juga menambahkan, sebenarnya kalau untuk kebutuhan rumah tangga tidak ada masalah. "Cuma yang menjadi masalah saat mengantri, kami di pangkalan sudah bilang untuk ibu-ibu silahkan maju duluan, akan tetapi ibu-ibu kalah cepat dengan orang-orangnya para pedagang yang langsung menyerobot duluan, dan kami tidak bisa berbuat apa-apa, kalau kami larang dan tidak melayani mereka, akan jadi masalah lain nantinya, jadi kami di pangkalan terpaksa melayani mereka," ungkapnya.
Untuk itu, dia berharap pemerintah setempat dan Pertamina, dapat mengatasi kelangkaan gas elpiji 3 kg ini, agar masyarakat tidak sulit untuk mendapatkannya. Selain itu, diharapkan agar pengantri-pengantri yang tidak jelas agar ditertibkan.
(Baca juga: Khofifah Resmikan Asrama Putra Institut Pesantren KH Abdul Chalim )
Warga merasakan adanya kelangkaan sejak sebulan terakhir. Bahkan, warga rela mengantri berjam-jam hanya untuk mendapatkan satu tabung gas elpiji 3 kg ini, guna keperluan sehari-hari.
Pantauan di lapangan, terlihat ratusan warga Desa Sungai Kakap, mengantri di sejumlah pangkalan gas elpiji . Antrian warga ini kian membludak ketika truk pembawa tabung gas milik pangkalan tiba. Gas satu truk tersebut, langsung ludes dalam waktu tidak sampai satu jam.
(Baca juga: Operasi Patuh Candi, Polres Blora Beri Edukasi Cegah Corona )
"Sudah mulai langka sekitar sebulan ini, gas elpiji 3 kg sudah jarang ada di warung. Kalaupun ada itu harganya mahal sekali, tapi dibeli juga karena memang kebutuhan," terang Rani seorang warga Desa Sungai Kakap, ketika ditemui saat mengantri.
"Warga mulai mengantri sejak pukul 10.40 WIB. Gasnya datang pukul 11.00 WIB, tapi langsung habis sekitar pukul 11.45 WIB dan banyak warga yang tidak kebagian gas elpiji 3 kg ini, padahal kami sudah mengantri dari jam 11.10 WIB tadi," ungkap Sri, warga yang juga ikut mengantri.
(Baca juga: Diduga Prostitusi Online, Artis VS Digerebek di Kamar Hotel Berbintang )
Sementara itu Acun salah satu pemilik pangkalan Lin Jauw yang beralamatkan di Dusun Nirwana, Desa Sungai Kakap, mengatakan, sebenarnya kalau kelangkaan ini disebabkan banyaknya spekulan pedagang pangkalan dan pedagang gas elpiji eceran yang ikut antri. Bahkan mereka juga membawa orang untuk ikut mengantri, kami yang di pangkalan tetap melayani sampai tabung gasnya habis terjual.
"Banyak pedagang juga ikut antri, setelah dapat mereka pindah lagi ke pangkalan lainnya untuk mengantri lagi, sehingga hal ini menjadi penyebab langkahnya gas elpiji 3 kg tersebut di masyarakat," terang Acun.
Acun juga menambahkan, sebenarnya kalau untuk kebutuhan rumah tangga tidak ada masalah. "Cuma yang menjadi masalah saat mengantri, kami di pangkalan sudah bilang untuk ibu-ibu silahkan maju duluan, akan tetapi ibu-ibu kalah cepat dengan orang-orangnya para pedagang yang langsung menyerobot duluan, dan kami tidak bisa berbuat apa-apa, kalau kami larang dan tidak melayani mereka, akan jadi masalah lain nantinya, jadi kami di pangkalan terpaksa melayani mereka," ungkapnya.
Untuk itu, dia berharap pemerintah setempat dan Pertamina, dapat mengatasi kelangkaan gas elpiji 3 kg ini, agar masyarakat tidak sulit untuk mendapatkannya. Selain itu, diharapkan agar pengantri-pengantri yang tidak jelas agar ditertibkan.
(eyt)