Wagub Emil Dorong Peningkatan Literasi Pasar Modal
loading...
A
A
A
SURABAYA - Bursa Efek Indonesia ( BEI ) saat ini memiliki sebanyak 790 galeri investasi. Dari jumlah itu, 86 diantaranya berada di Jawa Timur (Jatim). Jumlah tersebut menjadikan Jatim menjadi provinsi terbanyak yang memiliki galeri investasi yang didirikan BEI.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak dalam sebuah acara di Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Jatim, Senin, (19/6/2023). Emil berharap, hadirnya galeri BEI di Surabaya akan diikuti dengan program literasi dan inklusi pasar modal bagi masyarakat termasuk penyandang disabilitas, utamanya penyandang disabilitas tuli.
"Sebab, banyak yang memiliki produk keuangan, tetapi tidak memahami investasi karena literasinya rendah dan ini berbahaya. Oleh karena itu pentingnya literasi salah satunya melalui kehadiran galeri investasi," katanya.
Baca juga: Percepat Layanan Rumah Sakit Jiwa Menur, Bank Jatim Serahkan Bantuan Ambulans
Dia menambahkan, dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional IV Jatim, Provinsi Jatim termasuk provinsi tertinggi dalam berinvestasi meliputi Kota Surabaya, Kota Malang dan Kabupaten Sidoarjo sebanyak 41 persen.
Indeks literasi dan inklusi keuangan Jatim secara prosentase cukup baik. Di tahun 2022 sebesar 55,32% dan ada kenaikan yang signifikan secara konsisten dari 2016 sampai 2022. Begitu pula inklusinya dari 73,2% di tahun 2016 menjadi 92,99% di tahun 2022, ungkap Emil.
Emil meminta, mereka yang bekerja di galeri investasi harus dapat memberikan pemahaman risiko kepada masyarakat. Tujuannya, agar mereka tidak terjebak investasi bodong. Saya berharap banyak yang mulai main ke instrumen equity. Cuma itu tadi harus hati-hati agar tidak terjebak dalam investasi bodong, ucapnya.
Sementara itu, terkait pertumbuhan pasar modal di Jatim, kepemilikan saham dan trasaksi saham di Jatim, masih terbilang stabil. Meskipun pada akhir tahun 2022 mengalami kontraksi yang disebabkan sentimen negatif ketidakpastian ekonomi global. "Sehingga investor mengalami peralihan kepada investasi lain safe haven berupa logam mulia," ujarnya.
Pasar modal di Jatim juga berkembang. Salah satunya terlihat dari jumlah emiten atau pihak utama yang menerbitkan saham di Jatim. Dimana hingga akhir tahun 2022 tercatat sebanyak 47 emiten di pasar modal Jatim. "Saya berharap seluruh elemen turut serta menggairahkan kapitalisasi pasar untuk emiten-emiten Jatim," katanya.
Senada dengan Emil, Direktur BEI Jeffrey Hendrik menambahkan, dengan jumlah 47 emiten dari Jatim. menjadikan provinsi ini sebagai wilayah sumber emiten terbesar di Indonesia.
Menurutnya, semakin banyak emiten dari Jatim, akan berdampak positif tidak hanya di wilayah tetapi juga terhadap ekosistem pasar saham. Selain itu, dapat menunjukkan pelaku usaha yang menaruh minat lebih untuk mencari dana alternatif serta penerapan keterbukaan selama operasional.
"Ke depan, kami akan terus melakukan kegiatan literasi dan inklusi agar lebih banyak masyarakat menikmati potensi pertumbuhan pasar modal," katanya.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak dalam sebuah acara di Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Jatim, Senin, (19/6/2023). Emil berharap, hadirnya galeri BEI di Surabaya akan diikuti dengan program literasi dan inklusi pasar modal bagi masyarakat termasuk penyandang disabilitas, utamanya penyandang disabilitas tuli.
"Sebab, banyak yang memiliki produk keuangan, tetapi tidak memahami investasi karena literasinya rendah dan ini berbahaya. Oleh karena itu pentingnya literasi salah satunya melalui kehadiran galeri investasi," katanya.
Baca juga: Percepat Layanan Rumah Sakit Jiwa Menur, Bank Jatim Serahkan Bantuan Ambulans
Dia menambahkan, dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional IV Jatim, Provinsi Jatim termasuk provinsi tertinggi dalam berinvestasi meliputi Kota Surabaya, Kota Malang dan Kabupaten Sidoarjo sebanyak 41 persen.
Indeks literasi dan inklusi keuangan Jatim secara prosentase cukup baik. Di tahun 2022 sebesar 55,32% dan ada kenaikan yang signifikan secara konsisten dari 2016 sampai 2022. Begitu pula inklusinya dari 73,2% di tahun 2016 menjadi 92,99% di tahun 2022, ungkap Emil.
Emil meminta, mereka yang bekerja di galeri investasi harus dapat memberikan pemahaman risiko kepada masyarakat. Tujuannya, agar mereka tidak terjebak investasi bodong. Saya berharap banyak yang mulai main ke instrumen equity. Cuma itu tadi harus hati-hati agar tidak terjebak dalam investasi bodong, ucapnya.
Sementara itu, terkait pertumbuhan pasar modal di Jatim, kepemilikan saham dan trasaksi saham di Jatim, masih terbilang stabil. Meskipun pada akhir tahun 2022 mengalami kontraksi yang disebabkan sentimen negatif ketidakpastian ekonomi global. "Sehingga investor mengalami peralihan kepada investasi lain safe haven berupa logam mulia," ujarnya.
Pasar modal di Jatim juga berkembang. Salah satunya terlihat dari jumlah emiten atau pihak utama yang menerbitkan saham di Jatim. Dimana hingga akhir tahun 2022 tercatat sebanyak 47 emiten di pasar modal Jatim. "Saya berharap seluruh elemen turut serta menggairahkan kapitalisasi pasar untuk emiten-emiten Jatim," katanya.
Senada dengan Emil, Direktur BEI Jeffrey Hendrik menambahkan, dengan jumlah 47 emiten dari Jatim. menjadikan provinsi ini sebagai wilayah sumber emiten terbesar di Indonesia.
Menurutnya, semakin banyak emiten dari Jatim, akan berdampak positif tidak hanya di wilayah tetapi juga terhadap ekosistem pasar saham. Selain itu, dapat menunjukkan pelaku usaha yang menaruh minat lebih untuk mencari dana alternatif serta penerapan keterbukaan selama operasional.
"Ke depan, kami akan terus melakukan kegiatan literasi dan inklusi agar lebih banyak masyarakat menikmati potensi pertumbuhan pasar modal," katanya.
(msd)