Kisah Kesultanan Demak Tak Paksa Rakyat Masuk Islam usai Taklukan Semarang, Bikin Etnis Tionghoa Betah

Senin, 10 April 2023 - 05:01 WIB
loading...
A A A
Arya Damar sendiri merupakan putra Raja Majapahit, Bathara Prabu Wikramawardhana dengan seorang selir berdarah Tionghoa. Arya Damar yang terhitung masih paman dari Brawijaya V, memiliki nama asli Swan Liong.

Saat melepas Siu Ban Ci ke Palembang, Brawijaya V merelakan Arya Damar menikahi Sii Ban Ci, tetapi dengan syarat tidak boleh diapa-apakan sebelum anaknya lahir. Selain itu, Brawijaya V juga meminta, apabila anaknya lahir diberi nama Naraprakosa yang memiliki arti laki-laki perkasa.

Setelah lahir, buah cinta Brawijaya V dengan Siu Ban Ci tersebut diberi nama Raden Hasan, dan memiliki nama Tionghoa, Jin Bun. Saat beranjak dewasa, Raden Hasan melakukan perjalanan ke tanah Jawa, untuk menemui ayah kandungnya, Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi.

Ayah kandungnya begitu senang dengan kedatangan puteranya tersebut, dan mengangkat Raden Hasan menjadi Adipati Demak. Bukan hanya itu, Brawijaya V juga mengangkat adik tiri Raden Hasan, yakni putera hasil perkawinan Arya Damar dengan Siu Ban Ci, Raden Husain atau Raden Kusen sebagai Adipati Terung, yang dikemudian hari dikenal dengan nama Arya Pecattanda.

Raden Hasan akhirnya memerdekakan Kadipaten Demak, menjadi Kesultanan Demak Bintoro. Dia diangkat oleh wali songo, menjadi Sultan Demak Bintoro, yang dikenal dengan nama Raden Patah. Nama Raden Patah, diduga diambil dari Bahasa Arab al-Fatah yang artinya Sang Pembuka.



Dalam situs resmi kemendikbud.go.id, pembangunan masjid Agung Demak juga dikaitkan dengan pengangkatan Raden Patah sebagai Adipati Demak tahun 1462, dan pengangkatannya sebagai Sultan Demak Bintoro tahun 1478 M, yaitu pada waktu Majapahit jatuh di tangan Prabu Girindrawardhana dari Kediri, atau tahun 1512 M.

Diceritakan juga, Raden Patah menangguhkan penyerangan yang kedua ke wilayah Majapahit, yang dikuasai Prabu Girindrawardhana, untuk melanjutkan mendirikan masjid Kadipaten Demak, bersama para wali songo yang sudah dimulai pada tahun 1477 M.

Kelanjutan pembangunan masjid dan penangguhan serangan ke Majapahit tersebut, merupakan bentuk penyesalan Raden Patah atas kekhilafannya yang terburu nafsu menyerang pasukan Girindrawadhana, sehingga banyak prajuritnya yang gugur.

Masjid yang selesai dibangun pada tahun 1479 M tersebut, ditandai dengan gambar bulus yang memiliki makna sengkala memet. Sengkala memet bergambar bulus ini, memiliki makna rasa keprihatinan Raden Patah karena kerajaan ayahnya direbut Girindrawadhana.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2576 seconds (0.1#10.140)