Kisah Kesaktian Tombak Kiai Pleret Mencabut Nyawa Raja Jipang Arya Penangsang
loading...
A
A
A
Kakaknya bernama Aria Mataram, berusaha meredakannya. Tetapi, Penangsang sudah lari menghilang di atas kudanya, sambil melecutnya sekeras-kerasnya. Sementara itu, Ki Mataun yang sakit asma mengikutinya dengan napas terengah-engah, dan tidak dapat menyusulnya.
Setelah menyerukan kata-kata ejekan dan tantangan, Raja Jipang menyeberangi kali. Kemudian datanglah kutukan, karenanya barang siapa yang menyeberangi kali, akan kalah perang. Setelah itu terjadilah pertempuran sengit. Sekalipun perutnya terluka parah, Araya Penangsang menantang Karebet.
Kemudian putra Ki Gede Pamanahan, Sutawijaya, melanjutkan pertempuran dengan bersenjatakan tombak Kiai Pleret, sedangkan kedua kakaknya melindunginya. Kiai Juru Martani dengan cerdiknya melepaskan seekor kuda betina, sehingga kuda jantan Arya Penangsang menjadi liar.
Tetapi Sutawijaya, yang menunggang kuda kecil bersurai pendek, hampir saja terjatuh. Semenjak itu semua keturunan Sutawijaya tidak boleh menunggang kuda yang demikian dalam berperang. Sekuel peperangan ini kurang, dijelaskan lengkap pada Serat Kandha.
Setelah itu Sutawijaya turun dari kudanya dan berhasil membunuh Arya Penangsang dengan tombaknya yang keramat. Sebagian ujung tombak itu patah. Mayat Penangsang dirawat oleh orang-orang dari Sela. Ki Mataun yang datang terlambat diserang dan dibunuh. Kepalanya ditancapkan di atas sepotong bambu yang dipancangkan di tepi sungai, tentara Jipang akhirnya menyerah.
Setelah menyerukan kata-kata ejekan dan tantangan, Raja Jipang menyeberangi kali. Kemudian datanglah kutukan, karenanya barang siapa yang menyeberangi kali, akan kalah perang. Setelah itu terjadilah pertempuran sengit. Sekalipun perutnya terluka parah, Araya Penangsang menantang Karebet.
Kemudian putra Ki Gede Pamanahan, Sutawijaya, melanjutkan pertempuran dengan bersenjatakan tombak Kiai Pleret, sedangkan kedua kakaknya melindunginya. Kiai Juru Martani dengan cerdiknya melepaskan seekor kuda betina, sehingga kuda jantan Arya Penangsang menjadi liar.
Tetapi Sutawijaya, yang menunggang kuda kecil bersurai pendek, hampir saja terjatuh. Semenjak itu semua keturunan Sutawijaya tidak boleh menunggang kuda yang demikian dalam berperang. Sekuel peperangan ini kurang, dijelaskan lengkap pada Serat Kandha.
Setelah itu Sutawijaya turun dari kudanya dan berhasil membunuh Arya Penangsang dengan tombaknya yang keramat. Sebagian ujung tombak itu patah. Mayat Penangsang dirawat oleh orang-orang dari Sela. Ki Mataun yang datang terlambat diserang dan dibunuh. Kepalanya ditancapkan di atas sepotong bambu yang dipancangkan di tepi sungai, tentara Jipang akhirnya menyerah.
(eyt)