Warung Remang-remang di Ponorogo Ditutup, Massa Geruduk Balai Desa
loading...
A
A
A
PONOROGO - Puluhan pemilik warung remang-remang di Pasar Janti, bersama para pekerjanya, meluruk Balai Desa Ngrupit, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Kamis (30/3/2023). Warung-warung yang diduga digunakan sebagai lokalisasi terselubung tersebut, hendak ditutup oleh Pemerintah Desa Ngrupit.
Massa sempat emosi saat berlangsung dialog antara perwakilan pedagang dengan Pemerintah Desa Ngrupit. Para pemilik warung remang-remang menolak pembongkaran warung-warung yang ada di Pasar Janti, karena menjadi mata pencaharian mereka.
Para pemilik warung juga mempertanyakan retribusi yang telah disetorkan kepada Pemerintah Desa Ngrupit. Selama ini, para pemilik warung remang-remang tersebut, selalu menyetorkan retribusi bulanan dan tahunan yang nilainya sangat besar.
Pemilik warung remang-remang dan para pekerja warung tersebut, sempat membentangkan poster-poster di halaman Balai Desa Ngrupit. Saat dialog berlangsung, massa berupaya merangsek masuk ke dalam ruang kerja Kepala Desa Ngrupit.
Salah seorang pemilik warung, Septi Marlina mengatakan, para pedagang tidak setuju warung-warung tersebut dibongkar, karena menjadi tambatan hidup. "Di sini ada sekitar 50 warung, pekerjanya ada 70 orang. Kalau ditutup, kami semua mau bekerja apalagi," tegasnya.
Selama ini, kata Septi, setiap pemilik warung selalu membayar iuran sebesar Rp35 ribu per bulan. Masih ada lagi pajak tahunan yang harus dibayarkan. Nilai retribusi dan pajak yang masuk ke Pemerintah Desa Ngrupit, diyakininya mencapai puluhan juta.
Massa sempat emosi saat berlangsung dialog antara perwakilan pedagang dengan Pemerintah Desa Ngrupit. Para pemilik warung remang-remang menolak pembongkaran warung-warung yang ada di Pasar Janti, karena menjadi mata pencaharian mereka.
Para pemilik warung juga mempertanyakan retribusi yang telah disetorkan kepada Pemerintah Desa Ngrupit. Selama ini, para pemilik warung remang-remang tersebut, selalu menyetorkan retribusi bulanan dan tahunan yang nilainya sangat besar.
Baca Juga
Pemilik warung remang-remang dan para pekerja warung tersebut, sempat membentangkan poster-poster di halaman Balai Desa Ngrupit. Saat dialog berlangsung, massa berupaya merangsek masuk ke dalam ruang kerja Kepala Desa Ngrupit.
Salah seorang pemilik warung, Septi Marlina mengatakan, para pedagang tidak setuju warung-warung tersebut dibongkar, karena menjadi tambatan hidup. "Di sini ada sekitar 50 warung, pekerjanya ada 70 orang. Kalau ditutup, kami semua mau bekerja apalagi," tegasnya.
Selama ini, kata Septi, setiap pemilik warung selalu membayar iuran sebesar Rp35 ribu per bulan. Masih ada lagi pajak tahunan yang harus dibayarkan. Nilai retribusi dan pajak yang masuk ke Pemerintah Desa Ngrupit, diyakininya mencapai puluhan juta.