Jalani Karantina Wilayah, Warga Tulungagung Dikucilkan Gara-gara Corona
loading...
A
A
A
TULUNGAGUNG - Pemulihan psikologis dibutuhkan warga Desa Jabalsari, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, yang saat ini menjalani karantina wilayah akibat Covid-19. Tidak hanya stigma dan pengucilan. Beberapa warga Desa Jabalsari yang tengah beraktifitas ekonomi di luar desa juga mengalami pengusiran.
"Butuh pemulihan psikologis. Karena stigma di luar terhadap masyarakat kita (Desa Jabalsari) begitu menyakitkan, "ujar Arif Rahman juru bicara Pemerintah Desa Jabalsari kepada wartawan Selasa (28/4/2020).
Menyusul adanya satu warga positif Covid-19, dan 15 warga lain yang berkontak erat juga dinyatakan positif, Desa Jabalsari langsung diberlakukan karantina wilayah.
Kebijakan karantina wilayah berlangsung selama 14 hari, yakni mulai Minggu (26/4) hingga 7 Mei. Seluruh akses keluar masuk desa diawasi secara ketat. Untuk kebutuhan pangan Pemkab Tulungagung membagikan bantuan sembako ke warga. Sejauh ini 500 paket sembako untuk tahap pertama.
Arif Rahman mencontohkan stigma yang menimpa warga Jabalsari dengan menceritakan insiden yang terjadi di Pasar Ngunut dan Tamanan Kota Tulungagung. Karena diketahui sebagai warga Desa Jabalsari, beberapa pedagang dipaksa menghentikan jualannya dan diminta pulang. Desakan itu muncul dari pedagang lain yang khawatir setiap warga Jabalsari akan membawa virus Corona.
"Ya itu kejadian di lapangan. Yang jualan (warga Desa Jabalsari), oleh teman temannya di pasar tidak boleh jualan dan disuruh pulang, "ungkap Arif Rahman. Bagi Arif Rahman, stigma yang terjadi tidak bisa dibiarkan begitu saja. Hal itu mengingat dari sebanyak 7.000 warga Jabalsari 10 persennya bekerja sebagai pedagang di luar desa.
"Image warga kami jatuh karena stigma. Belum lagi dampak ekonomi, "keluhnya. Arif Rahman berharap setelah karantina berakhir dan Jabalsari dinyatakan aman, ada upaya pemkab dan kecamatan yang bekerjasama dengan desa, melakukan pemulihan psikologis warga.
Termasuk juga meningkatkan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak melakukan pengucilan, bully maupun persekusi kepada warga yang memiliki riwayat COVID-19. Sebab sejauh ini, kata Arif Rahman belum ada pendampingan psikologis terhadap warga.
"Intinya bagaimana Corona yang terjadi tidak membawa dampak lebih jauh lagi, "terang Arif. Dalam kesempatan itu Arif juga mengatakan pihak desa yang berkoordinasi dengan puskesmas dan satgas Covid-19 juga menerbitkan surat keterangan sehat kepada warga. Surat sehat diberikan warga yang usai menjalani rapid test dan dinyatakan negatif.
Keberadaan surat sehat juga menjadi salah satu solusi melawan stigma yang muncul di masyarakat "Karena keterbatasan rapid test, ada warga yang sudah mengantongi surat sehat. Ada yang belum, "katanya. Sementara soal bantuan sembako, selain dari Pemkab Tulungagung yang tahap pertama 500 paket, Desa Jabalsari juga mendapat bantuan dari para donatur.
Menurut Arif Rahman, satu paket sembako diperkirakan hanya untuk memenuhi kebutuhan selama 2-3 hari. Dengan mempertimbangkan dampak COVID-19 dirasakan seluruh warga, terutama pada sektor ekonomi, kata Arif Rahman seluruh warga Jabalsari dimasukkan data penerima bantuan. "Karena seluruh warga Jabalsari telah terdampak, "pungkasnya.
"Butuh pemulihan psikologis. Karena stigma di luar terhadap masyarakat kita (Desa Jabalsari) begitu menyakitkan, "ujar Arif Rahman juru bicara Pemerintah Desa Jabalsari kepada wartawan Selasa (28/4/2020).
Menyusul adanya satu warga positif Covid-19, dan 15 warga lain yang berkontak erat juga dinyatakan positif, Desa Jabalsari langsung diberlakukan karantina wilayah.
Kebijakan karantina wilayah berlangsung selama 14 hari, yakni mulai Minggu (26/4) hingga 7 Mei. Seluruh akses keluar masuk desa diawasi secara ketat. Untuk kebutuhan pangan Pemkab Tulungagung membagikan bantuan sembako ke warga. Sejauh ini 500 paket sembako untuk tahap pertama.
Arif Rahman mencontohkan stigma yang menimpa warga Jabalsari dengan menceritakan insiden yang terjadi di Pasar Ngunut dan Tamanan Kota Tulungagung. Karena diketahui sebagai warga Desa Jabalsari, beberapa pedagang dipaksa menghentikan jualannya dan diminta pulang. Desakan itu muncul dari pedagang lain yang khawatir setiap warga Jabalsari akan membawa virus Corona.
"Ya itu kejadian di lapangan. Yang jualan (warga Desa Jabalsari), oleh teman temannya di pasar tidak boleh jualan dan disuruh pulang, "ungkap Arif Rahman. Bagi Arif Rahman, stigma yang terjadi tidak bisa dibiarkan begitu saja. Hal itu mengingat dari sebanyak 7.000 warga Jabalsari 10 persennya bekerja sebagai pedagang di luar desa.
"Image warga kami jatuh karena stigma. Belum lagi dampak ekonomi, "keluhnya. Arif Rahman berharap setelah karantina berakhir dan Jabalsari dinyatakan aman, ada upaya pemkab dan kecamatan yang bekerjasama dengan desa, melakukan pemulihan psikologis warga.
Termasuk juga meningkatkan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak melakukan pengucilan, bully maupun persekusi kepada warga yang memiliki riwayat COVID-19. Sebab sejauh ini, kata Arif Rahman belum ada pendampingan psikologis terhadap warga.
"Intinya bagaimana Corona yang terjadi tidak membawa dampak lebih jauh lagi, "terang Arif. Dalam kesempatan itu Arif juga mengatakan pihak desa yang berkoordinasi dengan puskesmas dan satgas Covid-19 juga menerbitkan surat keterangan sehat kepada warga. Surat sehat diberikan warga yang usai menjalani rapid test dan dinyatakan negatif.
Keberadaan surat sehat juga menjadi salah satu solusi melawan stigma yang muncul di masyarakat "Karena keterbatasan rapid test, ada warga yang sudah mengantongi surat sehat. Ada yang belum, "katanya. Sementara soal bantuan sembako, selain dari Pemkab Tulungagung yang tahap pertama 500 paket, Desa Jabalsari juga mendapat bantuan dari para donatur.
Menurut Arif Rahman, satu paket sembako diperkirakan hanya untuk memenuhi kebutuhan selama 2-3 hari. Dengan mempertimbangkan dampak COVID-19 dirasakan seluruh warga, terutama pada sektor ekonomi, kata Arif Rahman seluruh warga Jabalsari dimasukkan data penerima bantuan. "Karena seluruh warga Jabalsari telah terdampak, "pungkasnya.
(mpw)