Kisah Gerakan Penculikan KSAD A.H Nasution karena Banyak Tentara Hidup Miskin
loading...
A
A
A
Oleh Sersan Agus Hernoto, Benny yang hendak masuk kantor dicegah. Di depan Benny, para bintara RPKAD menyatakan Komandan Djaelani telah melakukan gerakan penghianatan.
“Komandan menghianati kita. Para perwira ini menghianati kita, kita bunuh saja mereka”. Benny kaget dan untungnya berhasil menguasai keadaan. Pertumpahan darah berhasil dicegahnya. Benny memerintahkan semua pasukan untuk meletakkan seluruh senjata.
Gerakan penculikan Nasution pun gagal. Komandan RPKAD Mayor Djaelani menyerah, sedangkan Zulkifli Lubis memilih melarikan diri. Djaelani tidak tahu, gerakannya sudah tercium Nasution melalui orangnya yang ditanam di RPKAD, yakni perwira intelijen Letkol Soekendro.
Dan diam-diam sejumlah perwira yang awalnya terlibat, oleh Nasution dipreteli satu-satu. Kabar gerakan penculikan Nasution itu sempat memancing amarah pasukan dari kesatuan lain.
Baca Juga
Dipimpin Kapten Soepomo, mantan Wakil RPKAD, markas RPKAD Batujajar dikepung. Beruntung situasi yang berpotensi menimbulkan pertumpahan darah itu berhasil dicegah. Benny berhasil membujuk Soepomo untuk kembali ke pangkalan Kavaleri di Bandung.
Dalam peristiwa gerakan penculikan Nasution itu, komandan RPKAD Djaelani dan tujuh perwira yang terlibat dijatuhi sanksi pemberhentian dari dinas militer.
Djaelani sempat menjalani penahanan di Salatiga. Dalam peristiwa itu, satu-satunya perwira yang tidak dipensiunkan adalah Letnan Aloysius Soegijanto. Ia selamat karena Wakil KSAD Kolonel Gatot Subroto menilai masih bisa dibina.
Kendati demikian Aloysius Soegijanto dikeluarkan dari RPKAD dan pindah ke kesatuan lain.