Kisah Petani Bunga di Bandung Jadi Komandan Pertama Cikal Bakal Kopassus
loading...
A
A
A
Sejak awal Visser menyukai Indonesia. Meski istrinya menolak dan memilih cerai, Visser tetap memutuskan tinggal di Indonesia. Di Indonesia dia terus memimpin pasukan terjun payung hingga penyerahan kedaulatan Indonesia akhir 1949. Ia juga pernah melatih kesatuan tempur intelijen.
Visser menetap di sebuah desa kecil di Cisarua, Lembang, Bandung Jawa Barat. Sebagai pensiunan tentara, ia banting stir menjadi petani bunga, yakni keahlian yang diwarisi dari ayahnya.
Visser menikahi seorang perempuan sunda, berpindah agama Islam dan mengganti nama menjadi Mohammad Idjon Djanbi. Saat Panglima Tentara dan Teritorium III Siliwangi, Bandung Alex Kawilarang memintanya membantu membentuk pasukan Komando, Idjon Djanbi menyatakan bersedia.
Namun dengan satu syarat. “Dia bersedia melatih dengan syarat sebagai militer dan pangkatnya setingkat lebih tinggi dari pangkat tertinggi calon siswanya”.
Syarat itu dipenuhi. Sejak itu terbentuklah satu kompi pasukan Koter III yang kelak menjadi Kopassus. Idjon Djanbi juga yang menginginkan prajurit RPKAD memiliki kemampuan penerjun agar dapat digerakkan dengan pesawat terbang.
Setelah pensiun dari Komandan RPKAD, Idjon Djanbi kembali menjadi petani di Cianjur. Ia diberi jabatan mengepalai perkebunan milik asing yang dinasionalisasi.
Pada tahun 1969, saat RPKAD berulang tahun, Idjon Djanbi mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Letnan Kolonel.
Lihat Juga: Kisah Jenderal Kopassus Prabowo Subianto Merayap di Tengah Desingan Peluru Dalam Operasi Seroja di Timtim
Visser menetap di sebuah desa kecil di Cisarua, Lembang, Bandung Jawa Barat. Sebagai pensiunan tentara, ia banting stir menjadi petani bunga, yakni keahlian yang diwarisi dari ayahnya.
Visser menikahi seorang perempuan sunda, berpindah agama Islam dan mengganti nama menjadi Mohammad Idjon Djanbi. Saat Panglima Tentara dan Teritorium III Siliwangi, Bandung Alex Kawilarang memintanya membantu membentuk pasukan Komando, Idjon Djanbi menyatakan bersedia.
Namun dengan satu syarat. “Dia bersedia melatih dengan syarat sebagai militer dan pangkatnya setingkat lebih tinggi dari pangkat tertinggi calon siswanya”.
Syarat itu dipenuhi. Sejak itu terbentuklah satu kompi pasukan Koter III yang kelak menjadi Kopassus. Idjon Djanbi juga yang menginginkan prajurit RPKAD memiliki kemampuan penerjun agar dapat digerakkan dengan pesawat terbang.
Setelah pensiun dari Komandan RPKAD, Idjon Djanbi kembali menjadi petani di Cianjur. Ia diberi jabatan mengepalai perkebunan milik asing yang dinasionalisasi.
Pada tahun 1969, saat RPKAD berulang tahun, Idjon Djanbi mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Letnan Kolonel.
Lihat Juga: Kisah Jenderal Kopassus Prabowo Subianto Merayap di Tengah Desingan Peluru Dalam Operasi Seroja di Timtim
(msd)